Per 6 Bulan Potensi Market Jogjakarta Bisa Naik 20 Persen

Jogja kini bukan saja menarik sebagai sebuah kawasan wisata dan kuliner semata, tapi juga sebagai daerah dengan potensi properti yang besar.

oleh Wahyu Ardiyanto diperbarui 21 Mar 2017, 15:32 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2017, 15:32 WIB
20170321-Potensi market properti Jogjakarta
Nilai properti di Jogja, khususnya di Kodya peningkatannya cukup signifikan, dalam 6 bulan saja bisa meningkat sekitar 20 persen.

Liputan6.com, Jakarta Siapa tidak kenal Jogjakarta, sebuah propinsi yang ada di Pulau Jawa dengan beragam julukan. Ya, sebut saja mulai dari Kota Pelajar, Kota Perjuangan, Kota Kerajaan, hingga Kota Nusantara lantaran hampir semua suku yang ada di Indonesia bisa kita jumpai di Kota Gudeg ini.

Jogja kini bukan saja menarik sebagai sebuah kawasan wisata dan kuliner semata, tapi Jogja juga muncul sebagai daerah yang memiliki potensi besar bagi pengembangan sektor properti, salah satunya apartemen. Namun sayangnya potensi iklim investasi yang ada di Jogjakarta ‘kurang diimbangi’ dengan kebijakan Pemerintah Daerah yang dapat mendukung berkembangnya iklim investasi tersebut.

(Baca juga: Sleman dan Kulon Progo: Target Investasi Baru di Jogja)

“Rata-rata harga unit apartemen yang banyak diminati end user di Jogja berkisar pada harga Rp500 – 800 juta per unit dengan ukuran 60 – 80 m2,” terang Adieb Nu’man, owners Omah Jogja Properti kepada Rumah.com.

Di mana menariknya? Seperti yang diutarakan Adieb, justru peminat apartemen di Jogja lebih banyak end user bukan investor. Hal itu karena konsumen di Jogja saat ini sudah mulai paham bagaimana menariknya investasi properti dibanding pilihan jenis investasi lainnya.

Tidak salah memang, jika pada akhirnya mulai beberapa tahun lalu di Jogja bermunculan apartemen-apartemen yang dikembangkan baik oleh pengembang lokal maupun pengembang nasional.

Sebut saja Jogja Apartemen yang dikembangkan oleh PT. Surya Argon Jaya, Mataram City Apartemen yang dikembangkan oleh PT. Saraswantiland, Student Park Apartement yang dikembangkan oleh PT.Artha Jaya Sukses Makmur.

Hingga ada juga apartemen yang dikembangkan oleh pengembang nasional sekelas PT. Adhi Persada Properti yaitu Taman Melati Sinduadi Apartemen atau Tamansari Amarta Apartemen yang dikerjakan oleh PT. Wika Realty.

Namun sayang, bagusnya kondisi iklim investasi properti di Jogja masih terkendala beberapa hal yang menyangkut masalah teknis. Padahal menurut Adieb, nilai properti di Jogja, khususnya di Kodya peningkatannya cukup signifikan, dalam 6 bulan saja bisa meningkat sekitar 20 persen.

Memang, prioritas lokasi masih menjadi daya tarik utama bagi bisnis apartemen. Dan di Jogja lokasi itu ada di Kodya dan Sleman. Hal itu terbukti dari transaksi yang pernah dilakukan oleh Omah Jogja Properti. Adieb menuturkan, pada saat itu perusahaannya ikut membantu dalam penjualan unit Apartemen di Babarsari Sleman. Dengan harga unit Rp400 juta, unit yang dipasarkannya terjual hanya dalam hitungan hari.

Ada dua hal yang saat ini menurut Adieb menjadi masalah teknis dalam pengembangan apartemen yang ada di Jogjakarta, khususnya Kodya dan Sleman:

  • Pertama, masalah keterbatasan lahan yang mengakibatkan Pemda membuat kebijakan dengan model kuota dalam pemberian ijin properti di semua kabupaten dan kodya yang ada di Jogjakarta.
  • Kedua, masalah klasik yang menjadi kendala teknis yaitu masalah batas atas ketinggian sebuah bangunan komersial seperti apartemen. Hal ini didasarkan pada Peraturan Daerah  yang mengatur tata kota Jogjakarta hingga saat ini. Dimana intinya tinggi pembangunan gedung di Kota Jogjakarta tidak boleh lebih dari 32 meter atau delapan lantai dari permukaan tanah. Hal ini sudah diatur dalam Peraturan Daearah (Perda) Kota Yogyakarta No 1 tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Yogyakarta..

Dengan kondisi seperti itu, maka saat ini agak sulit untuk melakukan pembangunan apartemen dengan ketinggian lebih dari 8 lantai di  Kodya dan Sleman. Lalu mengenai batasan pemberian ijin  membangun.

Sekedar informasi saja, karena mengandalkan model kuota pemberian ijin, maka hingga tahun 2019 di Kodya Jogjakarta tidak ada pembangunan properti baru. Bisnis yang berkembang hanya transaksi properti seken. Sementara untuk Sleman, kuota perijinan membangun habis pada tahun 2016 lalu.

Melihat kondisi seperti ini, para pelaku properti yang ada di Jogjakarta akhirnya mulai mengembangkan investasinya ke luar Kodya dan Sleman. Dimana lokasi yang menjadi pilihan adalah Bantul, Wates, Kulonprogo, hingga Gunung Kidul.

Seperti yang saat ini sedang di gembar-gemborkan banyak pihak akan dipindahkannya Bandar Udara Adi Sutjipto ke lokasi baru di Temon, Kulonprogo, serta wahana rekreasi dunia sekelas Disneyland yang masih menjadi wacana akan juga dikembangkan di Kulonprogo.

Tertarik untuk berinvestasi di Jogjakarta? Simak aneka pilihan perumahannnya di sini.

Foto: Pixabay

Achmad Fachrezzy

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya