Pengembang: Suku Bunga Naik, Pemerintah Tak Punya Pilihan

Untuk diketahui, sejak awal tahun Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin.

oleh Fathia Azkia diperbarui 22 Nov 2018, 14:08 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2018, 14:08 WIB
pasar properti sentul
Dalam dunia properti, besaran uang muka selama ini menjadi salah satu indikator yang diperhatikan konsumen sebelum memutuskan membeli rumah.

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 November 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6,00%. 

Sekedar informasi, sejak awal tahun Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin.

Baca juga: Rumah.com Property Index untuk mencari tahu tren kenaikan harga properti per kuartal di berbagai lokasi favorit

Keputusan tersebut sebagai langkah lanjutan Bank Indonesia dalam memperkuat upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman. Kenaikan suku bunga kebijakan juga untuk memperkuat daya tarik aset keuangan domestik, dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan.

Menyikapi perubahan suku bunga acuan ini, Asmat Amin selaku Managing Director PT Sri Pertiwi Sejati (SPS Group) mengatakan bahwa pemerintah dalam hal ini BI tidak punya pilihan.

"Pemerintah tidak punya choice, karena kalau tidak naik khawatir akan semakin berat dengan kondisi dolar yang masih fluktuatif," katanya dalam acara di Jakarta, Rabu (21/11).

SPS Group yang baru saja menerima award untuk kategori Developer Of The Year 2018 versi salah satu ajang penghargaan, merupakan pengembang kawakan dalam industri rumah subsidi (MBR). Porsi pembangunan rumah subsidi dari pengembang saat ini mencapai 70%.

Produk perumahan bersubsidi yang dua bulan lalu dibesut pengembang adalah Grand Cikarang City 2 dengan total 20.000 unit.

Simak juga: Review Properti untuk mengetahui ulasan mendalam tentang hunian incaran Anda

 

Berat Bagi Rumah > Rp500 Juta

Masih menanggapi pertanyaan atas kenaikan suku bunga acuan BI yang terbaru, Asmat memperkirakan hal ini akan semakin memberatkan properti segmen menengah.

"Kalau di bawah Rp500 juta mudah-mudahan masih aman. Sedangkan di atas Rp500 juga sudah berat, apalagi di atas Rp1 miliar itu berat banget. Kesimpulannya, bagi bisnis properti non-subsidi ini akan cukup menantang," katanya.

(Kalau mau beli rumah baru, simulasikan dulu cicilan per bulannnya lewat Kalkulator KPR dari Rumah.com)

Demi menyiasati hal ini, pengembang akan melansir beberapa taktik agar penjualan tetap terjaga. Demikian juga terhadap tercapainya target akhir tahun.

"Diantaranya, kami SPS Group, akan memudahkan konsumen dengan cash bertahap atau subsidi bunga. Memang nantinya taktik ini akan menyebabkan delay untuk arus kas, tapi semoga setelah pemilu 2019 keadaan akan membaik kembali," Asmat mengakhiri.

(Ingin tahu apa yang menjadi kebutuhan konsumen properti saat ini? Temukan jawabannya dalam Riset Konsumen Properti di Rumah.com!)

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya