Liputan6.com, Surabaya - Aliansi Masyarakat Pelindung Hutan dan Pelestari Mata Air Jawa Timur mengingatkan potensi rusaknya sumber mata air di Jawa Timur.Â
Sejauh ini sudah tercatat tren berkurangnya jumlah sumber mata air khususnya di wilayah daerah aliran sungai. Menurut data yang dihimpun aliansi, jumlah mata air di wilayah hutan lindung terus menyusut di beberapa wilayah seperti di Jombang, Lumajang, Tulungagung, Trenggalek, Malang, Mojokerto, dan Blitar.
Juru bicara Aliansi Masyarakat Pelindung Hutan dan Pelestari Mata Air Jatim, Prigi Arisandi, mengatakan empat tahun lalu di kawasan hutan lindung Jatim termasuk daerah aliran sungai seluas 344.742 hektare terdapat lebih dari 1.597 mata air. "Sekarang sekitar separuh dari jumlah itu sudah hilang," katanya saat aksi aliansi di kantor Perum Perhutani Unit II Jatim di Surabaya, Selasa (8/9/2015).
Mengutip data Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Brantas, dia menambahkan, lahan kritis mencapai 231.290 hektare. Sementara luasan lahan kritis itu terancam terus meluas. "Jika lahan kritis terus meluas, rentan terjadi bencana banjir dan tanah longsor," ujarnya.
Ratusan anggota aliansi menggelar aksi unjuk rasa guna menekan Perum Perhutani agar lebih intensif mengelola hutan lindung. Beberapa organisasi dan aktivis peduli lingkungan yang tergabung aliansi seperti ‎Padepokan Wonosalam Lestari, Ecoton, Komunitas Peduli Sungai Ciliwung, Telapak Bogor, Telapak Jawa Timur dan Telapak Pusat, Nol Sampah, Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan (KJPL INDONESIA) dan Aliansi Masyarakat Sungai Indonesia (AMSI)‎ mendatangi kantor Perhutani Jawa Timur di Jalan Genteng Kali Surabaya. (Hmb/Yus)