Kisah Rinto Si Abdi Dalem Kraton Yogyakarta Mengabdi 28 Tahun

Pertama jadi abdi dalem Yogyakarta, Romo Rinto hanya sowan Kraton dan duduk di bawah pohon kecik di pelataran Kraton.

oleh Yanuar H diperbarui 14 Feb 2016, 14:15 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2016, 14:15 WIB
20160314-abdi dalem
KRT Rinto Isworo mengaku menjadi abdi dalem Kraton Yogyakarta sejak 1988. (Liputan6.com/Fathi Mahmud)

Liputan6.com, Yogyakarta - Beberapa hari lalu Kraton Yogyakarta memberi penghargaan dengan kenaikan pangkat kepada abdi dalem. Salah satunya Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Rinto Isworo yang naik jabatan secara istimewa sebagai Wakil Penghageng Kalih (dua) Widya Budaya (bertugas dalam bidang kebudayaan).

KRT Rinto Isworo oleh kraton dinilai berjasa membuat buku Kalender Sultan Agung atau Kalender Islam versi Jawa. Pria yang disapa dengan Romo Rinto ini mengaku menjadi abdi dalem sejak tahun 1988.

Menurut dia, tidak mudah menjadi abdi dalem. Saat itu ia menjadi guru PMP (Pendidikan Moral Pancasila) yang memiliki waktu 2 hari tidak mengajar. Sehingga ia mengajukan diri menjadi abdi dalem kraton. Ia pun diterima menjadi abdi dalem namun tidak tahu ditempatkan di mana.

"Saya berupaya ingin mengabdi di Kraton Yogya. Waktu itu diterima tapi ditempatkan dimananya saya belum boleh, waktu itu ya saya cuma sowan Kraton dan duduk di bawah pohon kecik di pelataran Kraton. Setelah 2 hari, selalu disitu lalu setelah beberapa tahun kenal gitu langsung ditempatkan di Widyo Budoyo," tutur Romo Rinto di Kraton, Yogyakarta, Sabtu 13 Februari 2016.

Ia teringat yang memberikan tempat dirinya mengabdi ke kraton adalah Paman dari Sultan HB X yaitu Gusti Benowo. Dari dia akhirnya ia ditempatkan di Widyo Budoyo Kraton Yogya. Ia pun sudah berada di bidang ini selama puluhan tahun.

"Waktu itu ya saya sowan gitu aja dari rumah sudah pakai pakaian abdi dalem ada apa saja disitu ya saya ikut, saya jadi carik kalau di luar ya sekretaris. Sekarang Wakil penghageng Widyo Budoyo," ujar dia.

Ia mengaku tidak ada hal yang membuatnya harus bangga dengan jabatannya saat ini. Untuk mengabdi di kraton Yogya, Romo Rinto mengaku akan berbuat semaksimal mungkin demi menjadikan kraton terus hidup. 

"Abdi dalem itu saya senang (karena) bersifat sejarah. Di sini ada Kraton kami orang Yogya, kalau bukan kami (yang jaga) siapa lagi. Jadi abdi dalem, biasa saja. Kami berbuat mengalir saja, kami tidak punya ingin jadi ini jadi itu. Biasa saja. Pokoknya berbuat kebaikan dengan sesama," ujar dia.

Menurut Romo Rinto, tugas menjadi abdi dalem tidak banyak yang berubah. Dari dahulu hingga sekarang hanya menemui orang baik mahasiswa, wartawan, dan pihak terkait untuk menanyakan tentang kebudayaan termasuk tentang sejarah kalender Islam-Jawa.

Secara singkat, kalender Islam-Jawa itu memadukan kalenderisasi Saka dan Hijriyah. Dengan menjadi abdi dalem ia menjadi tahu adat dalam Kraton Yogyakarta termasuk budayanya.

"Di Widyo Budoyo ini tidak banyak berubah, saat saya dulu banyak mahasiswa bertanya untuk menulis skripsi tesis dan lain lain. Tugas sampingan menyerahkan ubo rampe sebagai penongsong ngarso dalem," ujar Romo Rinto.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya