Liputan6.com, Banten - Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional digelar di Jakarta dan kota-kota lain, Minggu (21/02/2016). Seiring dengan semangat itu, aksi-aksi kepedulian sampah terus dilakukan di banyak tempat.
Liputan6.com meliput salah satu inisiatif pengelolaan sampah. Berlokasi di pinggir Sungai Cisadane, sebuah pabrik daur ulang intensif beroperasi. Tepatnya di Kelurahan Kademangan, Setu, Tangerang Selatan, Banten.Â
Sejumlah ibu-ibu berkutat dengan botol-botol plastik bekas kemasan air minum di lokasi tersebut. "Setiap hari kami begini, menyortir sampah botol plastik dari pemulung, kemudian dimasukkan mesin dicacah-cacah," kata seorang di antaranya, Minggu (21/2/2016).
Advertisement
Baca Juga
Pemandangan botol-botol plastik mendominasi lokasi pabrik seluas sekitar 2 ribu meter persegi tersebut. Ada botol-botol masih bercampur, ada yang sudah dipilah sesuai warnanya. Di bagian bawah sudah berupa cacahan-cacahan plastik.
"Proses dimulai sejak menyortir botol yang warna dan bening, sampai mengolah dengan mesin," kata Jack Pradono Handojo, health marketing director Danone Aqua, di lokasi pabrik.
Dia mengatakan, perusahaannya merintis Recycle Bussines Unit daur ulang botol plastik itu sejak 2,5Â tahun lalu. Semangatnya adalah bisnis berbasis sosial.
"Tidak semata mengejar untung karena misinya kepedulian pada masalah sampah dan masyarakat. Tapi sebagai bisnis harus bisa berlanjut," kata Jack.
Saat ini misi mulai terlihat hasilnya. Dalam sebulan, kata Jack, sedikitnya pihaknya menampung 85 ton sampah dari sekitar 60 pemulung dan lembaga-lembaga mitra.
"Beberapa hotel mengirim sampah botol plastiknya ke sini," kata dia.
Botol plastik sebanyak itu kemudian diolah hingga menghasilkan bahan olahan 80 ton per bulan. Kapasitas mesin yang digunakan 800 kilogram per jam.
Dengan capaian itu, kinerja bisnis pun positif. "Tahun kedua sudah untung," kata Jack. Hasil olahan 80 ton itu dikirim ke penampung di Bandung untuk diolah lagi. Omzet sebulan kini rata-rata sekitar Rp 600 juta.
44 Karyawan
Dari sisi penyerapan tenaga, kini pabrik itu memiliki 44 karyawan. Dari sejumlah itu, 75 persen karyawan wanita. Mayoritas karyawan adalah eks pemulung.
Di luar itu, pabrik daur ulang sampah ini juga bekerja sama dengan sekitar 60 pemulung. Para pemulung itu menyetorkan botol-botol plastik bekas sesuai standar harga pasar.
"Kami terus merintis hubungannya tidak hanya transaksional, tapi kerja sama sosial untuk maju dan bersama-sama peduli," ujar Jack.
Capaian unit daur ulang sampah seperti ini tentu tidak datang tiba-tiba. Proses merintis dan mengembangkannya bukan hal mudah.
"Dulu botol plastik yang ke sini masih sedikit, lama-lama banyak, sampai pernah truk antre antar botol bekas," kata Marnisa, karyawan yang bergabung sejak unit daur ulang sampah ini dirintis.
Setelah pasokan botol-botol bekas tercukupi dan proses produksi berjalan, masalah belum selesai. Hasil olahan ini harus disalurkan lagi ke pihak pengolahan untuk tahap menjadikannya bijih plastik.
Sampai tahap ini ada standar tertentu yang harus dipenuhi. "Pernah kami kirim ke Bandung, dinyatakan belum layak, akhirnya diangkut lagi ke sini," kata Jack.
Maka, alur proses daur ulang sampah terus dijaga, mulai dari menjaga penyerapan botol bekas sampai pengolahannya. Mengolah sampah memang susah-susah mudah.