Yogya Belajar Rawat Cagar Budaya hingga ke Shanghai

Sultan ingin Shanghai terlibat dalam mewujudkan rencana pembangunan museum Yogyakarta.

oleh Yanuar H diperbarui 13 Apr 2016, 20:25 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2016, 20:25 WIB
Shanghai dan Yogyakarta Sepakat Bertukar Ilmu Rawat Cagar Budaya
Sultan ingin Shanghai terlibat dalam mewujudkan rencana pembangunan museum Yogyakarta. (Liputan6.com/Fathi Mahmud)

Liputan6.com, Yogyakarta - Pemerintah DI Yogyakarta sepakat bekerja sama dengan Shanghai di bidang pendidikan, kebudayaan, teknologi dan investasi. Khusus di bidang budaya, Shanghai diharapkan berpartisipasi dalam pengembangan pusat budaya Tiongkok di kawasan Ketandan.

Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X ingin agar Shanghai membagi ilmu dalam menjaga tradisi, termasuk merestorasi bangunan cagar budaya. Sultan menganggap Yogyakarta pantas berguru kepada Shanghai karena sejarah kota itu jauh lebih panjang dibandingkan Kota Pelajar.

"Kota Shanghai punya sejarah panjang mungkin 5 ribu tahun, sementara Yogya baru 250 tahun," kata Sultan di Gedung Wilis Kepatihan, Selasa, 12 April 2016.

Sultan mengungkapkan rencana pembangunan museum Yogyakarta masa lalu, masa kini, dan masa depan. Shanghai diharapkan bisa membantu mewujudkan rencana tersebut.

"Belajar itu (karena) kami ingin Yogya punya masa depan yang lebih baik, terarah, dan ada dinamika," ucap Sultan.


Kepala Dinas Kebudayaan DIY Umar Priyono menambahkan, pemerintah Yogya berencana mengembangkan pusat budaya Tiongkok melalui restorasi rumah peninggalan dr Yab di kawasan Ketandan. Ia berharap Shanghai bisa berpartisipasi dalam rencana tersebut.

"Seperti kita dengan Kyoto dengan kerjasama itu ahli konservasi. Konservasi bisa dijalankan maka kebudayaan memulainya. Mudah-mudahan House of Shanghai di Ketandan. Rumah di Museum Pecinan," ujar Umar.

Tetapi, proyek kerja sama terdekat adalah tampilnya para seniman Yogyakarta di Shanghai dalam kerangka pertukaran budaya. Pertukaran budaya itu diharapkan dapat mendekatkan hubungan antara Indonesia dan Tiongkok.

Umar mengungkapkan, kerja sama yang dijalin dengan Shanghai itu tidak hanya menguntungkan secara budaya, tetapi juga ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi di Shanghai tercatat sebesar 7 persen per tahun.

"Posisi Yogya dan kebudayaan menjadi kuat. Begitu usai MoU langsung kita bergerak. Seperti Oktober ini kita diundang. Bukan dinas tapi seniman-seniman kita tampil di sana. Selama di sana akan diurus di sana," tutur Umar.

Ketua parlemen Shanghai, Wu Zhiming mengatakan sangat senang dengan penandatangan MoU antara Shanghai dengan Yogyakarta. Menurut Wu, Shanghai memiliki kemiripan dengan Yogya sebagai kota pendidikan dan kota budaya sehingga sangat tepat untuk saling berbagi ilmu.

"Melalui perkembangan 20 tahun, saat ini Shanghai sudah menjadi pusat kebudayaan, teknologi, ekonomi, sosial, perdagangan, dsb. Khususnya pelabuhan yang sangat terkenal yaitu Yangshan yang diposisikan nomor satu di dunia. Saya ingin Yogyakarta bisa saling kerja sama dan masa depannya makmur bersama," ujar Wu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya