Liputan6.com, Beijing - Sebuah restoran mewah di Shanghai menjadi sorotan setelah menjual hidangan setengah ekor ayam dengan harga 480 yuan (sekitar Rp1 juta). Pihak restoran berdalih bahwa harga tersebut wajar karena ayam yang digunakan, yang dikenal sebagai "sunflower chicken," dibesarkan dengan mendengarkan musik klasik dan diberi makan susu.
Namun, klaim tersebut justru memicu gelombang komentar sarkastik dari warganet China.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip SCMP, Selasa (25/3/2025), kisah ini bermula dari seorang pebisnis sekaligus influencer dengan 270.000 pengikut yang mengunggah video di platform online pada 14 Maret. Dalam videonya, ia tampak terkejut saat melihat porsi ayam kecil di atas piring dengan harga selangit.
Advertisement
Ia pun bertanya kepada staf restoran apakah benar ayam tersebut dibesarkan sambil mendengarkan musik dan diberi makan susu. Staf restoran mengiyakan dan menjelaskan bahwa ayam ini merupakan jenis langka bernama "sunflower chicken" yang hanya dibudidayakan di sebuah peternakan di Provinsi Guangdong, China.
Menurut situs peternakan tersebut, ayam ini diberi makan sari batang bunga matahari serta kepala bunga yang telah layu.
Jenis ayam ini juga dikenal sebagai “three-yellow chicken” atau “emperor chicken,” yang populer di kalangan koki berbintang Michelin karena dagingnya yang lembut dan cita rasanya yang kaya.
Komentar Sinis di Media Sosial
Harga ayam ini ternyata memang fantastis. Di restoran, satu ekor ayam sunflower chicken bisa mencapai lebih dari 1.000 yuan (sekitar Rp2,2 juta). Bahkan di peternakan, ayam ini sudah dibanderol lebih dari 200 yuan (Rp440 ribu) per kilogram.
Namun, seorang staf dari peternakan ayam tersebut mengonfirmasi kepada media lokal Jimu News bahwa meskipun ayam-ayam ini memang dipelihara dengan musik klasik, mereka tidak pernah diberi makan susu.
Mengetahui fakta ini, sang influencer pun mengkritik restoran tersebut karena dianggap membesar-besarkan cerita untuk menaikkan harga. “Saya bisa menerima harga 480 yuan untuk setengah ekor ayam, tapi saya tidak bisa menerima kebohongan yang mereka buat untuk menjualnya,” ujarnya dalam video yang menjadi viral.
Kisah ini pun ramai diperbincangkan di media sosial China, dengan banyak warganet yang melontarkan komentar sarkastik mengenai harga makanan yang semakin tidak masuk akal.
"Luar biasa, bagaimana orang bisa membuat cerita absurd hanya untuk menjual produk," tulis seorang warganet.
"Ambil saja hidangan sederhana dari daerah kurang berkembang, bawa ke Shanghai, dan jual dengan harga selangit," komentar lainnya.
Seorang pengguna lain bahkan bercanda, "Bisakah ayam saya dijual seharga 1.888 yuan? Mereka tumbuh dengan mendengarkan musik tradisional Shanxi!"
Advertisement
Mahalnya Biaya Hidup di Shanghai
Kasus ini juga kembali menyoroti fenomena yang disebut "Shanghai currency," istilah viral yang menggambarkan mahalnya biaya hidup dan daya beli tinggi warga Shanghai.
Sebelumnya, fenomena serupa terjadi ketika warga Shanghai rela antre untuk membeli roti panggang asal Jepang seberat 800 gram seharga 98 yuan (Rp220 ribu), yang jumlahnya dibatasi 400 potong per hari. Uniknya, roti yang sama dijual dengan harga setengahnya di Jepang.
Sebagai perbandingan, roti panggang biasa di supermarket China hanya dijual sekitar 20 yuan (Rp44 ribu). Banyak yang mempertanyakan mengapa produk semahal itu bisa laku di Shanghai.
Menurut data pemerintah, pendapatan rata-rata per kapita warga Shanghai pada 2024 mencapai 88.366 yuan (sekitar Rp195 juta) per tahun—dua kali lipat dari rata-rata nasional.
