Dialog Jujur Pejabat Semarang dan Bocah-bocah TK

Wakil Wali Kota Semarang belajar sistem pendidikan gratis di sekolah 'pinggiran'.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 27 Mei 2016, 16:01 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2016, 16:01 WIB
semarang, sekolah
Wakil Wali Kota Semarang belajar sistem pendidikan gratis di sekolah 'pinggiran'.

Liputan6.com, Semarang - Kesan tegas sontak luruh dari wajah Wakil Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu. Kesan itu tertangkap saat ia berhadapan dengan bocah-bocah TK.

Di sela kesibukannya, Hevearita atau biasa disapa Mbak Ita menyempatkan diri mengunjungi sebuah kelompok bermain dan TK Kasih Ibu di sekitar Pasar Kembang Randusari pada Rabu 25 Mei 2016.

Ita tertarik mendatangi sekolah itu setelah mendapat informasi bahwa sekolah yang berada di tengah Kota Semarang diselenggarakan cuma-cuma. Dengan murid anak-anak kaum marginal, mulai penggali kubur, penyapu makam, penyapu jalan, para gurunya ternyata tidak mendapat honor dan juga dari kalangan mereka sendiri.

"Saya pengin tahu bagaimana caranya mengelola sekolah yang tak dibiayai pemerintah namun bisa terselenggara gratis," kata Mbak Ita.

Saat berkunjung itulah ia menyempatkan berdialog dengan anak-anak TK. "Nanti kalau Bunda Ita ke sini lagi, minta oleh-oleh apa?" tanya dia.

Tak ada jawaban apapun dari murid-murid ini. Beberapa di antaranya bahkan saling berbisik yang makin lama makin mengeras, melantunkan lagu berbahasa Jawa 'kodhok ngorek'.

"Nah, karena pinter nyanyinya, minta hadiah apa?" tanya dia lagi.

Kali ini anak-anak riuh. Mereka menginginkan hal yang berbeda-beda. Mbak Ita berinisiatif memberi pilihan.

"Mau pensil atau alat tulis? Apa pilih jajanan atau kue?" tanya Mbak Ita.

Kali ini dia mendapatkan jawaban, "Kue !!!!" jawab bocah-bocah itu serempak.

Jawaban jujur ini ternyata berkesan di benak Mbak Ita. Usai kunjungannya, dia mengapresiasi kepolosan anak-anak itu.

"Saya pernah berkunjung ke sebuah play grup, ternyata anak-anaknya sudah di-setting memiliki jawaban yang mirip. Intinya ending-nya mereka minta fasilitas ini, itu, yang rasanya nggak mungkin dari hasil pemikiran anak-anak," ujar sang wakil wali kota.

Sebagai apresiasi, Mbak Ita berjanji akan hadir lagi dalam penerimaan rapor awal Juni nanti.

Dia mengaku terkesan dengan semangat para penyapu kuburan dan juga para penggali kubur mendirikan sekolah itu. Mbak Ita lalu berjanji akan menjajaki kemungkinan penggunaan anggaran Dinas Pendidikan Kota Semarang, agar fasilitas sekolah di sebuah rumah warga itu bisa lebih lengkap.

"Coba saya pelajari nanti, ada anggaran yang bisa dialokasikan untuk men-support enggak," ucap Mbak Ita.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya