Liputan6.com, Ujung Kulon - Populasi badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon, menurut data organisasi lingkungan hidup WWF Indonesia, setiap tahun bertambah.
"Selama 3 tahun menunjukkan ada penambahan populasi walaupun tidak banyak, tapi cukup menjanjikan," kata Pemimpin Proyek WWF Indonesia di Ujung Kulon, Yuyun Kurniawan, saat ditemui di Ujung Kulon, dilansir Antara, Sabtu 30 Juli 2016.
Berdasarkan pantuan WWF Indonesia dengan camera trap, populasi badak Jawa berjumlah 57 ekor pada 2014. Jumlah tersebut bertambah menjadi 60 pada tahun berikutnya dan kini ada sekitar 63 ekor.
Yuyun tidak mengetahui pasti berapa perbandingan antara badak jantan dan betina, tapi ia memperkirakan jumlahnya kini didominasi oleh pejantan. Meskipun jumlah badak bertambah, dari segi spasial pertumbuhan populasi perlu menjadi perhatian karena luas lahan tidak bertambah.
Salah satu yang menjadi ancaman dalam pertumbuhan badak Jawa adalah spesies invasif terhadap tanaman pakan. Yuyun menceritakan ada tanaman dalam bahasa setempat disebut langkap, menutupi cahaya matahari sehingga pertumbuhan tanaman pakan badak terhambat. Kesejahteraan badak terhambat bila pakan berkurang.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, karena badak Jawa di lokasi tersebut merupakan populasi tunggal, in-breeding atau perkawinan sedarah menjadi kekhawatiran karena dapat menimbulkan masalah genetik. Peluang untuk kawin sedarah menurut Yuyun cukup besar karena semua populasi tinggal di tempat yang sama.
Menjaga populasi
Untuk menjaga kualitas, WWF Indonesia bersama Taman Nasional Ujung Kulon harus memastikan setiap badak terpantau dengan baik dengan camera trap.
Untuk mengatasi tanaman invasif, mereka melakukan analisis baik melalui satelit maupun lapangan untuk memetakan wilayah mana saja yang terpapar langkap dan di mana tempat badak hidup. "Jangan sampai kita melakukan pengendalian justru merugikan badak, misal jadi stres," ucap Yuyun.
Sementara itu, untuk mengatasi in-breeding adalah dengan menguji genetik untuk mengetahui sejauh mana hubungan antarindividu. Individu yang memiliki rentang hubungan darah paling jauh memungkinkan untuk ditempatkan di kantung yang sama.
Yuyun menjelaskan perburuan liar badak Jawa cenderung tidak ada selama beberapa tahun belakangan. Selain mengecek melalui camera trap secara berkala, pihaknya bersama organisasi lain yang mendapat izin dari Taman Nasional untuk berpatroli.