Petani Brebes Pakai Air Comberan untuk Irigasi Bawang Merah

Padahal, Kasturi juga harus mengeluarkan biaya tambahan demi menyedot air comberan untuk irigasi di lahan seluas 1.800 meter persegi.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 25 Agu 2016, 09:09 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2016, 09:09 WIB
saluran irigasi air berbusa
Saluran irigasi berbusa. (Fajar Eko Nugroho/Liputan6.com)

Liputan6.com, Brebes - Petani bawang merah di Limbangan Brebes, Jateng, terpaksa menggunakan air comberan bekas limbah rumah tangga untuk mengairi areal pertanian mereka yang mengalami kekeringan.  

Dengan menggunakan pompa dibantu selang air sepanjang 150 meter, warga menarik air dari selokan yang dialirkan ke areal pertanian. Sekali pun berpotensi tercemar limbah berbahaya, petani tidak memiliki pilihan lain.

"Terpaksa saya sedot air comberan itu karena kondisi tanah sudah mulai kering. Kalau dibiarkan nanti tanaman bawang merah mati dan bisa gagal panen," ucap seorang petani Limbangan Kulon Brebes, Kasturi (35), di Brebes Jateng, Rabu, 24 Agustus 2016.  

Meskipun air yang digunakan untuk mengairi sawah itu berbau, berbusa, dan kotor sekali pun, dia tetap menggunakannya untuk irigasi.  

Padahal, Kasturi juga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menyedot air comberan untuk irigasi di lahan seluas 1.800 meter persegi. "Dua hari sekali saya sedot air itu. Sekali sedot saya harus keluar uang Rp 50 ribu untuk beli tujuh liter solar," kata dia.  

Saat ini usia tanaman bawang Kasturi sudah memasuki 30 hari. Dia akan tetap menggunakan air comberan untuk irigasi hingga 30 hari mendatang atau sampai masa tanam tiba.  

"Ya kalau enggak turun hujan, saya tetap menggunakan air (comberan) ini sampai masa panen tiba," tutur dia.

Petani di Desa Limbangan Brebes, Jateng menggunakan air comberan untuk menyiram tanaman bawang merah. (Fajar Eko Nugroho/Liputan6.com)

Mudah Kering  

Di sisi lain, penggunaan air limbah rumah tangga untuk menyiram tanaman bawang memberikan dampak pada kualitas tanaman. Sebagian bawangnya mengalami kerusakan.  

Tanaman menjadi kering karena terkontaminasi bahan-bahan kimia dari limbah rumah tangga,  seperti deterjen.  

"Ya memang saya akui ada dampak jika menyiram tanaman menggunakan air comberan. Tapi tidak cukup signifikan pengaruhnya," kata dia.  "Kalau lama-lama pakai air comberan itu tanamannya cepat kering. Tapi tetap masih saja buah bawangnya masih utuh dan bisa dipanen," beber Kasturi.  

Hal senada diungkapkan petani bawang merah lainnya di Pasarbatang, Brebes, Cardi (60). Meskipun saat ini Cardi belum menggunakan air limbah untuk menyiram tanaman bawang merah, dalam waktu dekat ini ia berencana memakai air tersebut untuk irigasi.

"Yang penting tanaman bawang saya bisa bertahan dapat asupan air. Daripada tidak sama sekali disiram tanaman bawang saya mati," ucap Cardi.  

"Minggu depan saya akan sedot air comberan itu. Karena sisa air tanah sudah mulai mengering. Ini saya sudah mulai mempersiapkan mesin pompanya," katat dia.  

Sementara itu, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari menyebutkan, saat ini kebanyakan para petani mulai beralih menggunakan pompa air untuk mengairi sawah mereka.  

Para petani, kata dia, tidak lagi mengandalkan irigasi, melainkan dengan sumur pantek. "Untuk wilayah tengah seperti Larangan dan Ketanggungan, mereka mengebor sumur dan mengambil air dari dalam tanah dengan menggunakan mesin pompa," ucap Juwari.  

Meski demikian, pertanian di wilayah Kecamatan Wanasari dan Brebes tetap menggunakan aliran sungai Pemali untuk irigasi. "Untuk menyedot air sungai itu, mereka (petani) menggunakan pompa air dan selang," ujar Juwari.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya