Menilik Keunikan Batik pada Masa Kolonial Belanda dan Pendudukan Jepang

Batik Belanda merupakan hasil interaksi dengan penduduk pribumi dan kebudayaan Indis. Sebagai kebudayaan indis, batik ini merupakan tiruan yang dilakukan oleh orang-orang Eropa, khususnya Belanda.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 24 Mar 2025, 01:00 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2025, 01:00 WIB
apa tujuan awal pembuatan batik
apa tujuan awal pembuatan batik ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui dunia. Pada masa kolonial Belanda hingga masa pendudukan Jepang, batik sudah hadir dengan kekhasan tersendiri.

Hal tersebut menunjukkan bahwa batik telah mengalami transformasi yang signifikan sepanjang sejarah. Masa pendudukan Belanda dan Jepang di Batavia juga memengaruhi motif, teknik, serta fungsi batik yang bukan sekadar selembar kain.

Mengutip dari laman senibudayabetawi, eksistensi batik pada masa Belanda terlihat saat masa transisi dari kebijakan sistem tanam paksa menuju kebijakan liberialisasi ekonomi di Hindia Belanda. Pada masa itu, muncul batik Belanda.

Batik Belanda merupakan hasil interaksi dengan penduduk pribumi dan kebudayaan Indis. Sebagai kebudayaan indis, batik ini merupakan tiruan yang dilakukan oleh orang-orang Eropa, khususnya Belanda.

Batik Belanda memiliki pola utama yang mengadopsi gambar dedaunan. Seiring berjalannya waktu, muncul juga pola lain, seperti little red riding hood, snow white, hingga hanzel and grete. Saat ini, keberadaan batik Belanda yang asli masih tersimpan rapi di Museum Batik Pekalongan.

Sementara itu, pada masa kekuasaan imperium militer Jepang, batik hadir dengan ciri khasnya sendiri. Saat itu, industri di berbagai sektor dikuasai oleh Jepang, terutama tekstil di Jawa.

Imbasnya, peredaran bahan katun sebagai bahan dasar utama pembuatan batik menjadi minim. Hal ini memaksa sebagian besar pengusaha batik di Jawa gulung tikar.

Pengambilan paksa pabrik-pabrik kain hingga penyitaan kain katun oleh Jepang menghasilkan seragam para prajurit dan produk berupa kain batik. Produksi batik Jepang memiliki ciri khas yang disesuaikan dengan selera mereka.

Batik pada masa Jepang adalah jenis batik hokokai. Namun, masyarakat pribumi menyebutnya dengan nama batik pagi sore karena batik ini memiliki dua sisi yang bisa dikenakan bergantian.

Dua sisi ini memiliki motif berbeda. Biasanya, sisi pertama dikenakan di pagi hari, sedangkan sisi lainnya untuk sore hari.

Pada masa kemerdekaan Indonesia hingga sekarang, keberadaan batik Nusantara telah mengalami perkembangan sangat pesat. Hampir di setiap wilayah di Indonesia memiliki batik khasnya tersendiri.

Batik telah melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan kerap dikenakan dalam berbagai acara penting. Pada 2 Oktober 2009, batik Indonesia ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) oleh UNESCO. Sejak saat itu, 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional setiap tahunnya.

Penulis: Resla

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya