Liputan6.com, Surabaya - Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur, mendadak terkenal. Awalnya adalah penangkapan pendiri padepokan, Taat Pribadi Dimas Kanjeng (46), atas dugaan pembunuhan.
Isu kemudian meluas pada mitos 'kesaktian' Taat Pribadi dan dugaan praktek penggandaan uang secara gaib yang dilakukannya. Dari peliputan Liputan6.com atas fenomena Dimas Kanjeng ini, ada beberapa fakta terkait yang mencuri perhatian khalayak luas.
Operasi Penangkapan Besar-besaran
Penangkapan Taat Pribadi, warga Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini sungguh merepotkan. Jajaran Polda Jawa Timur menggerebek Padepokan Dimas Kanjeng pada 22 September 2016 dengan melibatkan enam SSK Satuan Brimob Polda Jatim serta didukung personel Sabhara dari Polres Jember, Polres Madiun, Polres Sidoarjo, Polres Malang, Polres Bojonegoro, dan Polres Probolinggo.
Operasi penangkapan dipimpin langsung oleh Wakapolda Jatim Brigjen Pol Drs Gatot Subroto. Penangkapan dengan total 1.500- 2.000 personel ini untuk mengantisipasi perlawanan karena tersangka Taat Pribadi disinyalir mempunyai banyak pengikut.
Advertisement
Baca Juga
Penangkapan Taat Pribadi berdasarkan laporan polisi di Probolinggo pada 6 Juli 2016, karena dia diduga terlibat dalam perencanaan pembunuhan terhadap dua santrinya, yakni Abdul Gani dan Ismail. Dua santri dikabarkan berencana membongkar mengenai penggandaan uang yang dilakukan sang guru.
Sebelumnya, Polda Jatim mengeluarkan surat DPO (Daftar Pencarian Orang) untuk Taat Pribadi karena yang bersangkutan berulang kali mangkir saat dipanggil penyidik Polda Jatim. Kini, Taat ditahan di Mapolda Jatim dan diisolasi karena kondisi kejiwaannya dinilai labil.
Kasus Penggandaan Uang
Kasus dugaan penipuan dengan modus penggandaan uang bakal menjerat Taat Pribadi selain dugaan pembunuhan. Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Agus Andrianto menyebutkan polisi sudah menerima laporan dugaan tindak pidana penipuan Rp 25 miliar Taat Pribadi.
Penelusuran kasus ini mengungkap fakta baru yakni terbunuhnya saksi kunci Abdul Gani. Ketika mulai diselidiki, seorang saksi bernama Abdul Gani tak kunjung hadir saat dipanggil. Ternyata Abdul Gani jadi korban pembunuhan, ditemukan di Wonogori, Jawa Timur.
Abdul Gani dikenal cukup dekat dengan Taat Pribadi. Dia diduga mengetahui penggandaan uang bahkan jadi pengumpul setoran uang dari orang-orang yang tertipu. Belakangan Abdul Gani sadar dan takut terjerat masalah hukum.
Pengikut Dimas Kanjeng
Pengikut Taat Pribadi bukan hanya orang-orang biasa. Polisi menyebut beberapa pensiunan TNI dan Polri juga direkrut menjadi pengikut Dimas Kanjeng. Bahkan para intelek ini juga taklid alias sangat percaya pada sang guru.
Dalam riuh kasus Dimas Kanjeng ini turut disebut-sebut nama Marwah Daud Ibrahim yang menjadi Ketua Yayasan Dimas Kanjeng. Marwah adalah eks anggota DPR dan pernah aktif di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia.
Marwah bahkan menyerahkan surat permohonan perlindungan hukum atas Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Dia mengakui dirinya adalah salah satu pengikut Taat Pribadi.
Atas keyakinannya itu, asisten peneliti Bank Dunia itu bersedia membuktikan Taat Pribadi betul-betul memiliki kemampuan menggandakan atau mendatangkan uang.
Tak hanya di Jawa Timur, pengikut Dimas Kanjeng juga ada di daerah-daerah lain. Di Sulawesi Selatan ada salah satu padepokan Dimas Kanjeng yang terletak di Jalan Bonto Bila I, No. 18, Kelurahan Batua, Kecamatan Manggala, Makassar.
Dari informasi yang dihimpun, Santri Bonto Bila (sebutan untuk pengikut Dimas Kanjeng di Sulsel) berjumlah sekitar 2000-an orang. Jumlah itu tersebar di beberapa kabupaten di Sulsel dan beraktivitas sejak 2013 lalu.