Ajaran Damai dari Daerah, Takbir Senyum hingga Deklarasi Sancang

Berbagai daerah menyerukan agar kedamaian diutamakan oleh seluruh elemen masyarakat usai Ahok ditetapkan sebagai tersangka

oleh Arie NugrahaPanji PrayitnoAbramenaOla Keda diperbarui 17 Nov 2016, 16:31 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2016, 16:31 WIB

Liputan6.com, Purwakarta - Peringatan Hari Toleransi Sedunia sudah berlalu, tapi esensi peringatan masih relevan bagi suasana terkini di Indonesia. Usai penetapan Ahok sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama, sejumlah daerah terus menggemakan damai.

Pelajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Purwakarta menyerukan kedamaian dengan menggelar festival tarian dari berbagai daerah di Indonesia. Ada pula pertunjukan teater yang berisi pesan kerukunan para tokoh dan umat beragama sebagai bentuk pengamalan nilai-nilai toleransi.

Acara itu digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun sekolah SMA tersebut sekaligus realisasi dari pendidikan berkarakter di Purwakarta.

"Acara ini sangat bagus dan luar biasa, ini menunjukkan bahwa Purwakarta sudah menjadi tempat yang nyaman bagi semua golongan tanpa melihat perbedaan," ungkap Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat membuka acara, Kamis (17/11/2016).
 

Dalam kesempatan itu, Dedi mengajak seluruh siswa Muslim untuk mengucapkan kalimat takbir sambil tersenyum. Menurut dia, ini melambangkan ajaran Rasulullah SAW yang selalu menebar keramahan di tengah umatnya.

"Ayo sekarang ucapkan Allahu Akbar tapi harus sambil senyum ya, tidak mengepalkan tangan dan tidak dengan nada marah, karena itu bukan ajaran Rasul," ajak Dedi.

Salah seorang guru teater di SMAN 2 Purwakarta Anggie menuturkan, pihaknya sengaja mengambil konsep kebhinekaan untuk Peringatan Hari Ulang Tahun SMAN 2 kali ini. Ia berujar semangat saling menghormati antar warga bangsa harus dipupuk sejak usia sekolah.

"Sengaja tema ini kami ambil, agar semangat saling menghargai, saling menghormati itu tumbuh di tengah anak-anak kita tanpa memandang perbedaan suku dan agama," ujar dia.

Belajar dari Sejarah Cirebon

Jauh sebelum itu, masyarakat Cirebon justru sudah dikenal kuat dengan semangat toleransi dan keberagamannya. Maka itu, Budayawan Cirebon Opan Safari meengajak masyarakat tidak mudah tersulut emosi.

"Dilihat dari sejarah, orang Cirebon itu biasa bergaul dengan beberapa etnis. Jadi jangan mudah terpancing," kata Opan.

Opan menyatakan sejarah berdirinya Cirebon tidak terlepaskan dari keberadaan masyarakat etnis Tiongkok dan Arab. Hingga saat ini, Cirebon sangat kuat dengan sebutan Caruban.

Dengan usia Cirebon yang sudah menginjak 647 tahun, orang Cirebon seharusnya lebih dewasa dalam berbudaya. Cirebon juga adalah daerah di pantura yang penduduknya merupakan afiliasi dari berbagai suku dan agama. Olehnya, keberadaan etnis Arab dan China sudah menjadi bagian dari tubuh orang Cirebon.

"Istri Sunan Gunung Jati ya orang dari etnis China. Peran istri Sunan dan pasukan yang dibawanya sangat besar untuk membangun Cirebon hingga saat ini. Jadi konyol ketika ada persoalan yang menyinggung etnis tertentu orang Cirebon malah ikut tersulut," ujar dia.

Dia berharap, agar masyarakat menyerahkan keseluruhan kasus dugaan penistaan agama secara hukum. "Kalau sama-sama hidup di Indonesia ya harus rukun harus tenang dan dingin. Jangan reaktif," pinta dia.

Seruan Damai dari Timur

Situasi nasional di DKI dan pengeboman di gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur pada Minggu, 13 November 2016 lalu, disikapi pemuda Kupang, NTT dengan menyerukan ikrar perdamaian untuk Indonesia.

Ikrar perdamaian itu digelorakan ratusan pemuda yang tergabung dalam Forum Kemajemukan Flobamorata untuk Persatuan Nasional dalam gelar aksinya di depan gong perdamaian, Kelurahan Walikota Kota Kupang, Kamis (17/11/2016).

"Kami menyerukan penghargaan, penghormatan atas kemajemukan atau kebhinekaan sebagai kekayaan bangsa dalam bingkai persatuan nasional. Bangsa ini lahir karena Pancasila dan sumpah pemuda, bukan dari golongan atau agama tertentu. Intoleran merupakan isu yang perlu dibasmi di NKRI," kata Koordinator Umum aksi Adi WF Ndiy kepada Liputan6.com, Kamis (17/11/2016).

Ady mengatakan, NTT adalah Nusa Toleransi Tinggi yang diakui secara nasional dan ditunjukkan lewat penghargaan yang didapat Gubernur NTT Frans Lebu Raya pada 30 Desember 2015. Hal itu memberikan gambaran bahwa NTT mampu menunjukan kemajukan atau kebhinekaan merupakan kekayaan terbesar yang mampu dimanfaatkan secara optimal.

"Fakta menunjukan dari 5,3 juta penduduk NTT, persentase umat muslim di NTT sebesar 9 persen. Namun, dari 9 persen itu justeru melahirkan Ketua DPRD NTT beragama Muslim. Ini wujud bahwa NTT menghargai perbedaan agama," ujar Ady.

Dia menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk terus memupuk toleransi antarumat beragama, menjaga perdamaian dalam semangat persatuan nasional. "Saya meminta masyarakat tidak terprovokasi dengan isu agama yang ingin memecahbelah persaudraan antar umat beragama," kata Ady.

Pantauan Liputan6.com, aksi damai itu berakhir di depan kantor DPR NTT. Masa diterima Wakil Ketua DPR NTT, Gabriel Beri Bina. Masa membubarkan diri setelah membacakan ikrar sumpah pemuda dan pancasila.

Deklarasi Sancang


Forum Lintas Agama Deklarasi Sancang (Flads) menyatakan sikap toleransi antarumat beragama harus terus dibina di Indonesia, meski saat ini berbagai konflik yang mengatasnamakan agama, politik dan lain sebagainya kerap kali mengikis rasa saling menghargai atas adanya perbedaan keyakinan.

Menurut Sekretaris Flads Jeffrey Samosir, pembinaan toleransi antarumat beragama yang diperjuangkan oleh kelompoknya sejak tahun 2007 itu harus dibarengi dengan pendidikan hal serupa oleh pemuka masing-masing agama kepada seluruh masyarakat.

"Mungkin memang tindakan sangat strategis untuk melibatkan teman-teman pemuda mungkin bahkan sampai remaja anak SMA, sebagai program Flads membina para pemuda supaya bisa menyuarakan menghargai perbedaan keberagaman itu," ujar Jeffrey Samosir di Bandung, Rabu, 16 November 2016.

Jeffrey mengatakan masih adanya konflik karena perbedaan keyakinan tersebut menjadi cerminan bahwa tugas menjadikan Indonesia rukun, aman dan tenteram masih panjang. Untuk itu, kata Jeffrey, seluruh pemuka agama dan berbagai kelompok lainnya harus secara rutin memberikan pemahaman perbedaan itu harus dipandang sebagai berkah yang bermanfaat.

"Ternyata apa yang kita lakukan selama ini masih kecil (dampaknya) jika melihat kondisi yang sedang terjadi saat ini," kata Jeffrey.

Kelompok lintas agama yang dibentuk pada 10 November 2007 itu menyatakan tidak merasa hilang harapan untuk menjaga dan memberikan pendidikan tentang toleransi berbagai keberagaman perbedaan kepada khalayak.

"Enggaklah yang terpenting kita harus terus menumbuhkan apa arti keberagaman sebenarnya," jelas Jeffrey.

Forum Lintas Agama Deklarasi Sancang sendiri memiliki lima butir yang harus diperjuangkan dalam menjaga toleransi pada tujuh tahun lalu.

Berikut lima Deklarasi Sancang :

1. Kami umat beragama Kota Bandung adalah bagian dari Bangsa Indonesia yang senantiasa menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan.

2. Kami umat beragama Kota Bandung menjunjung tinggi nilai - nilai kemanusiaan.

3. Kami umat beragama Kota Bandung selalu berjuang untuk tegaknya hukum dalam mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan kerukunan hidup demi mencapai kebahagiaan bersama.

4. Kami umat beragama Kota Bandung selalu mengembangkan sikap toleransi, tenggang rasa dan saling menghormati.

5. Kami umat beragama Kota Bandung selalu bekerjasama untuk berperan dalam mengatasi masalah-masalah sosial dan lingkungan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya