Liputan6.com, Malang - Duka menyelimuti rumah Peltu Lukman Hakim di Jalan Tangkuban Perahu, Kota Malang, Jawa Timur. Anggota TNI AU itu merupakan satu dari 12 personel korban jatuhnya pesawat Hercules C-130 HS di Wamena, Papua.
Korban meninggalkan istri Titi Suhartiningsyih serta tiga orang anak lelakinya yakni M. Rizal yang baru lulus sekolah tahun ini, Ahmad Syauqi kelas II SMK, serta Novianto yang masih duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar.
Advertisement
Baca Juga
"Bapak berangkat Jumat pagi. Terakhir saya komunikasi dengan beliau pada Sabtu sore melalui pesan pendek, meminta saya mengambil surat kendaraan yang baru selesai beliau urus," ujar Syauqi, anak korban ditemui di rumah duka, Minggu (18/12/2016).
Syauqi dan saudara kandungnya sudah biasa ditinggal sang bapak untuk dinas sampai berhari-hari. Apalagi banyak anggota keluarga besar mereka yang juga jadi anggota TNI maupun polisi. Pribadi sang bapak juga dikenal tegas dan disiplin, terutama soal waktu.
"Kabar tentang musibah yang dialami oleh bapak juga pertamakali disampaikan oleh seorang saudara yang jadi polisi dan dinas di Papua," ucap Syauqi.
Kakak ipar korban, Kapten Teknik Sutikno mengatakan, korban dikenal mudah membantu anggota keluarga yang membutuhkan pertolongan. Pelda Lukman Hakim masuk TNI AU tahun 1991 dari jalur bintara dan sebelumnya dinas di Juanda Surabaya dan pindah ke Malang.
"Siapa saja keluarga kalau butuh bantuan, dia pasti tak segan membantu. Kebetulan saya dan almarhum juga dinas di tempat yang sama," ucap Sutikno.
Sutikno sendiri menjabat Kaorlat Ops Wing 2 di Pangkalan TNI AUÂ Abdurrahman Saleh Malang. Ia mengaku terakhir bertemu dengan korban pada Selasa lalu di mushola Pangkalan Abdurrahman Saleh Malang.
"Ketemu biasa saja, tak ada obrolan serius. Keluarga tak ada firasat apapun atas musibah ini," kata Sutikno.
Â