Musim Kemarau di Yogyakarta Tidak Kompak

Jelang musim kemarau, Warga Yogyakarta waspadai pohon tumbang dan longsor.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 15 Mar 2017, 18:02 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2017, 18:02 WIB
Pohon Tumbang
Menjelang musim pancaroba, hujan lebat disertai petir dan angin kencang berpotensi menimbulkan pohon tumbang. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Musim kemarau tidak datang serempak di Daerah Istimewa Yogyakarta. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY memperkirakan musim pancaroba di DIY  terjadi pada awal hingga pertengahan April mendatang. Sementara, awal musim kemarau mulai dari akhir April sampai pertengahan Mei 2017.

"Gunungkidul bagian tengah dan selatan jadi salah satu daerah pertama di DIY yang mengalami musim kemarau, yakni pada minggu ketiga April," ucap Agus Sudaryatno selaku Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Rabu (15/3/2017).

Selain itu, menurut Agus, daerah Bantul, Kulonprogo, dan selatan Kota Yogyakarta juga mengalami musim kemarau lebih awal di periode yang sama.

Ia menuturkan, wilayah Gunungkidul bagian utara akan memasuki musim kemarau pada awal Mei 2017. Sedangkan Sleman dan Yogyakarta bagian tengah serta utara baru mengalami kemarau pada pertengahan Mei mendatang.

Adapun musim kemarau dipengaruhi oleh angin timur yang berasal dari Australia menuju Asia dan melalui DIY. "Karena ketinggian permukaan bumi atau kontur tidak rata, maka menyebabkan awal musim yang tidak serempak," ujar Agus.

BMKG DIY memperkirakan awal musim kemarau mulai akhir April hingga pertengahan Mei 2017. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Daerah pegunungan, imbuh dia, merupakan efek bendung bagi sirkulasi angin muson, sehingga DIY bagian selatan akan lebih dulu mengalami musim kemarau.

Ia pun mengimbau warga Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mewaspadai musim pancaroba. Pasalnya, hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang pada siang sampai malam hari berpotensi pohon tumbang dan longsor di wilayah lereng perbukitan ataupun pegunungan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya