Liputan6.com, Gowa - Mengerikan adalah kata yang tepat untuk menggambarkan jembatan penghubung dua Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, yakni Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar. Bagaimana tidak, jembatan yang telah menelan uang negara sebesar Rp 6 miliar itu telah banyak memakan korban selama proses pembangunannya.
Jembatan Kampili, begitu masyarakat sekitar menyebutnya. Jembatan itu terletak di Dusun Parapunganta, Desa Kampili, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Daeng Toro, salah seorang warga sekitar jembatan itu mengatakan, sejak rubuh pada akhir 2012 lalu, jembatan darurat yang dibangun telah banyak memakan korban.
"Pernah ada korban yang meninggal karena jatuh bersama kendaraannya ke dasar sungai, ada juga sopir truk yang patah tulang karena mobilnya terperosok," kata Daeng Toro.
Baca Juga
Saat ini, lanjutnya, jembatan darurat yang dipergunakan warga untuk melintas merupakan hasil dari swadaya masyarakat. Bagaimana tidak, terang Daeng Toro, papan di jembatan darurat itu harus sering diganti agar tidak lagi memakan korban.
"Itu hasil dari swadaya masyarakat, ada akses lain tapi itu sangat jauh dan jembatan ini merupakan akses utama agar roda perekonomian bisa terus berputar," ujar Daeng Toro.
Daeng Toro juga mengungkapkan, masyarakat sebenarnya tak tinggal diam melihat proyek pembangunan jembatan itu tak kunjung rampung. "Kami sudah pernah demo, sekitar 10 mobil (truk) masyarakat di sini turun demo datangi kantor DPRD Sulsel, tetapi anggota dewan tidak mendengarkan keluhan warga," ungkapnya.
Advertisement
Telisik punya telisik, ternyata sejak rubuh pada penghujung 2012 lalu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah menganggarkan pembangunan ulang Jembatan Kampili pada 2013 dengan anggaran mencapai Rp 3,7 miliar dan seharusnya rampung pada 2014.
Namun karena mendapati masalah dan tidak rampung, proyek ini akhirnya ditender lagi pada tahun 2015 dengan anggaran mencapai Rp 2,3 miliar yang seharusnya selesai pada 31 Desember 2015, ternyata hingga waktu yang ditentukan proyek pembangunan itu hanya rampung 30 persen saja. Akhirnya pihak pemerintah memberikan waktu tambahan 50 hari untuk merampungkan pengerjaan proyek tersebut dan masih juga tidak terselesaikan.
Kepala Bidang Pembangunan, Dinas Bina Marga Provinsi Sulsel, Haikal, beberapa waktu lalu mengatakan bahwa pihaknya telah memutuskan kontrak dengan PT Cahaya Resky Abadi, sebagai rekanan yang mengerjakan proyek tersebut. "Kita sudah putuskan kontrak dengan PT CRA," terangnya.
Haikan juga menerangkan bahwa pembangunan Jembatan Kampili akan dilanjutkan pada tahun ini, dan ditargetkan selesai pada pertengahan tahun 2017. "Tahun 2016 itu tidak ada anggarannya, nah tahun ini (2017) baru ada, diharapkan rampung pada pertengahan tahun ini," pungkasnya.