Begini Wali Kota Semarang Menyulap Kampung Kumuh

Inspirasi ini dari Guanajuato City di Mexico, Kota Lima di Peru, dan Cinque Terre di Italia yang berada di perbukitan dan jadi objek wisata.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 16 Apr 2017, 10:33 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2017, 10:33 WIB
kampung pelangi
Pasar Kembang Kalisari yang sudah ditata akan menjadi gerbang masuk Kampungb Pelangi Semarang. (Foto : Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Liputan6.com, Semarang - Upaya Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi membenahi permukiman kumuh di Semarang terus berlanjut. Mengusung bingkai kampung tematik, gebrakan Hendi, demikian Wali Kota Semarang kerap disapa, terus bergulir.

Usai Kampung Seni, Kampung Bandeng, Kampung Batik, dan Kampung Jawi, Wali Kota Semarang tersebut mencoba menginisiasi program Kampung Pelangi.

Bertempat di Kampung Wonosari yang berada di perbukitan tengah kota, satu kompleks dengan pemakaman umum terbesar Bergota. Total ada 390 rumah yang akan diwarnai dengan cat berbagai warna. Diawali pengecatan 223 rumah pada Sabtu, 15 April 2017.

Tak tanggung-tanggung, Hendi mengawasi langsung pembenahan ini dengan ikut mengecat rumah warga.

"Di kampung ini, bukan hanya rumah yang dicat. namun karena strukturnya perbukitan, sehingga ada tangga. Jadi tangga juga ikut diwarnai," kata Hendi kepada Liputan6.com.

Kota Guanajuato City yang berwarna warni menggemaskan. (foto : Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Hendi yang mendapat penghargaan sebagai salah satu wali kota terbaik di Dunia 2014, yakni Socrates Award, membaur dengan warga. Menyapukan rol dan kuas sambil sesekali menjauh untuk melihat hasilnya. Pada tahap awal ini, disediakan 150 pail cat berbagai warna.

Selama ini Kampung Wonosari yang dikenal dengan sebutan Gunung Brintik itu merupakan sebuah kampung yang berada di lereng perbukitan. Dengan struktur itu, rumah-rumah warga terlihat seperti bertumpuk saat dilihat dari kejauhan.

Hendi kemudian menunjukkan foto-foto Guanajuato City di Meksiko, ada juga Kota Lima di Peru, ada pula Kota Cinque Terre di Italia. Kota-kota itu memiliki permukiman di lereng bukit dan sangat padat. Namun ditata dengan baik, sehingga tidak kumuh.

"Diawali dengan membuat warna-warni bangunannya. Sekarang menjadi salah satu destinasi wisata top," ujar Hendi.

Destinasi Wisata

kampung pelangi
Wali Kota Semarang mengawasi dan ikut mewarnai rumah serta tangga di Gunung Brintik untuk dijadikan Kampung Pelangi. (Foto : Liputan6.com / Edhie Semarang)

Hendi juga menyebutkan bahwa konsep Kampung Pelangi ini nantinya akan menjadi salah satu destinasi wisata di tengah kota. Keberadaan Kampung Pelangi diharapkan akan memberi dukungan positif terhadap Pasar Kembang, Kalisari, yang baru saja selesai dibenahi.

"Pasar Kembang ini konsepnya adalah menata para pedagang kaki lima penjual bunga yang sebelumnya ada di situ. Nantinya, Pasar Kembang itu bisa menjadi gerbang memasuki Kampung Pelangi," kata Hendi.

Penataan kampung kumuh ini, didukung dengan pembersihan saluran air. Diharapkan nantinya saluran air itu akan mengalir air yang jernih, sehingga di tepi sungai itu akan tampak segar, karena didukung penjual tanaman hias di pasar Kembang Kalisari.

Hendi menyebutkan bahwa fokus utama penataan kampung yang selama ini dianggap kumuh adalah memunculkan kebanggaan pada diri warganya.

Kampung-kampung di Semarang ke depan akan memiliki ciri khas atau branding sendiri yang nantinya akan menjadi keunggulan, sehingga bisa mendongkrak perekonomian warga. Kebanggaan akan kampung sendiri bukan diciptakan secara instan, namun digagas bersama warga masyarakat.

Salah satu bagian kota Lima di Peru yang berada di perbukitan, mirip dengan Kampung Wonosari di Gunung Brintik Semarang. (foto : Kuralayphotography. photoshelter.com / Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

"Dengan memiliki ciri khas, warga setempat akan menjadi duta kampungnya. Kepada khalayak ramai mereka akan dengan bangga menceritakan asal usulnya. 'Saya dari Wonosari, itu lho Kampung Pelangi di tengah Kota Semarang. Main dong, dijamin enggak bosan'. Setidaknya warga akan bangga bercerita seperti itu kepada teman duduknya di bus, kereta api atau lainnya," kata Hendi.

Hendi tidak main-main dengan bingkai kampung tematik. Warga diharapkan akan aktif dan berembuk untuk mencari ciri khas kampungnya. Jika semua kampung di Semarang memiliki identitas yang produktif, Hendi yakin kesejahteraan warga akan meningkat.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya