Semangat Pagi, Tari Topeng Losari Menolak Mati

Pegiat Tari Topeng Losari terus berinovasi melestarikan tarian ritual ini.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 24 Apr 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2017, 06:00 WIB
Tari Topeng Losari
Para penjaga Tari Topeng Losari (Liputan6.com / Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Guyuran hujan turun sejak siang hari tidak menghalangi terselenggaranya pergelaran aneka ragam seni Jawa Barat yang menampilkan tari topeng Losari di teater tertutup Taman Budaya Jawa Barat. Salah satu tari topeng khas Cirebon itu berhasil memukau ratusan penonton.

Tari topeng Losari yang sudah ada sejak empat abad lalu itu dibawakan dengan ciri khasnya oleh Noor Anani Maska Irman. Seniman tari topeng Losari yang merupakan generasi ketujuh trah langsung penari topeng Losari atau disebut juga Dalang Topeng Losari.

Tari topeng yang disajikan berbeda dengan tari topeng dari wilayah Cirebon lainnya yang lebih mengedepankan watak perkembangan sifat manusia yang menjurus ke nilai filosofs. Tari topeng Losari ini justru lebih mengedepankan penokohan dari cerita Panji.

Dimulai dengan tari Panji Sutrawinangun, dengan menampilkan penari Eza Kusuma Puteri. Lalu, tari Patih Jayabadra yang dibawakan penari Hemalia Dewi Karunia Puteri, Fitriani Rachmawati dan Bintang Adi Lukito.

Setelah itu penari Irfan Handrian tampil membawakan tari Jinggananom. Tarian ini mempunyai karakter kasar, sebagaimana diketahui Jingganom adalah seorang patih dari negara Bawarna, kedok yang dipergunakan adalah kedok tokoh Jingganom yang berwajah kasar. Selain itu ada tari rampak Klana Bandopati yang ditarikan oleh Dede Rizky Maulana, Sylvia Nurfaliana, Linda Aprilia, Nafla Syakira, Arindisa dan Qorry Ashifa Yulandar.

Di atas panggung dengan sorotan lampu kuning, Nani menari dengan mata tertutup. Dia menari Klana Bandopati, tarian yang berkarakter kuat, gagah dan kasar sehingga membutuhkan stamina yang baik. Dia juga tidak mempedulikan penonton apakah jumlahnya banyak atau sedikit. Hal itu bermakna bahwa menari lebih kepada berdoa untuk Tuhan, tubuh, dan bumi.

Para penjaga Tari Topeng Losari (Liputan6.com / Huyogo Simbolon)

Jelang berakhirnya acara pada pertengahan April itu, penonton mulai memberikan uang sawer. Ada uang kertas dan uang koin. Para penari pun mengumpulkannya. Tak lama berselang, Nani menari kembali hingga tarian terakhirnya itu disambut tepuk tangan meriah dari para penonton.

Nani & Sanggar Purwa Kencana

Nur Anani Maska Irman masih berada di atas panggung. Wajahnya berseri-seri sambil menyalami penonton yang merangsek naik begitu acara usai.

Nani lahir di Cirebon, Jawa Barat, 5 Juni 1977. Sosok ramah dan hangat itu menempuh pendidikan sarjana tari di STSI Bandung pada tahun 2002. Nani adalah cucu pertama Mimi Dewi yang pada tahun 70-an membawa tari topeng Losari ke puncak ketenarannya bersama sang adik, Mimi Sawitri.

Para penjaga Tari Topeng Losari (Liputan6.com / Huyogo Simbolon)

Sebagai cucu dari dalang topeng Losari, Nani berusaha keras mempertahankan tradisi tari yang sudah mengalir antar generasi tersebut. “Tari topeng Losari itu lebih ke ritual,” ucap Nani.

Diakui Nani, tantangan terbesar dalam melestarikan tari topeng Losari adalah keinginan dari diri sendiri. “Artinya kita harus punya strategi supaya tari topeng Losari bisa dikenal masyarakat luas. Karena kalau melihat sekarang ini sudah era modern. Jika kita tidak punya kemampuan memotivasi diri, kita dan sanggar artinya kita sudah mati."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya