Pengungsi Longsor Cilacap Dapat Paket Lebaran

Ada ratusan jiwa terpaksa mengungsi dan tinggal di hunian sementara akibat bencana longsor yang terjadi Desember 2015 lalu.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 24 Jun 2017, 11:00 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2017, 11:00 WIB
Korban Longsor Cilacap
Sebanyak 24 rumah di Dusun Jatiluhur Kecamatan Majenang, Cilacap rusak dan tak bisa ditempati akibat gerakan tanah yang terjadi bertahap sejak Desember 2016 hingga April 2017 lalu. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Puluhan keluarga korban longsor yang kini tinggal di Hunian Sementara (Huntara) Desa Padangjaya dan Desa Pangadegan, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mendapatkan paket Lebaran. Berkah Lebaran itu pemberian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPBD Cilacap wilayah Majenang, Edi Sapto Priyono mengatakan paket tersebut berisi bahan pokok, yakni beras, minyak goreng, gula, dan mi instan, serta family kit seperti sabun mandi dan sabun cuci. Selain itu, disiapkan pula paket standar pengungsi seperti handuk.

Edi mengatakan, paket bantuan BPBD ke para pengungsi sebenarnya sudah dilakukan rutin per bulan. Namun, bantuan rutin itu sebatas bahan makanan pokok.

"Tidak hanya Lebaran saja, memang sejak dulu kita mencukupi kebutuhannya. Ya isinya sembako, isinya ada familiy kit, kemudian ada juga susu," ujar Edi saat dihubungi Liputan6.com, Kamis 22 Juni 2017.

Kata dia, lantaran mendekati Lebaran, kali ini BPBD memberikan bantuan yang lebih lengkap atau spesial dan sudah dipaketkan per keluarga pengungsi. Paket Lebaran yang diberikan kepada pengungsi berjumlah 24 paket untuk pengungsi Desa Padangjaya dan sembilan paket untuk Desa Pangadegan.

"Ya lebih spesial, karena langsung dipaketkan per kantong kresek itu ya, untuk yang bersangkutan, baik untuk pengungsi yang ada di Jatiluhur Desa Padangjaya maupun di Desa Pangadegan. Sesuai jumlah kepala keluarga pengungsi yang ada di sana," jelasnya.

BPBD Cilacap membangun Huntara untuk korban longsor lantaran relokasi ke perumahan permanen belum bisa dilakukan dalam waktu cepat. Sebab, pihaknya masih menunggu proses pembebasan lahan dan pembangunan yang diperkirakan memerlukan waktu hingga dua tahunan.

"Alokasi anggaran pembangunan masih menunggu dana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat," terangnya.

Edi menjelaskan, di Pangdegan, 12 keluarga yang terdiri dari 34 jiwa terpaksa mengungsi akibat bencana longsor yang terjadi di Grumbul Cipicung Dusun Babakan. Namun, tiga keluarga di antaranya sudah menetap di rumah anak-anaknya yang berada di luar zona longsor sehingga yang menempati Huntara hanya sembilan keluarga.

Sementara, di Desa Padangjaya, 24 kepala keluarga yang terdiri dari 102 jiwa terpaksa mengungsi akibat bencana tanah longsor yang terjadi Desember 2015 lalu. Pergerakan tanah telah menyebabkan 24 rumah hancur total sehingga tak lagi bisa ditempati.

Balai Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (BVMBG) merekomendasikan agar korban longsor Jatiluhur direlokasi. Pasalnya, zona longsoran yang mencakup luasan 4 hektare dinilai tak aman karena berpotensi terjadi longsor susulan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya