Hasil Pemeriksaan Siswa SMP yang Lumpuh Usai Divaksin MR

Siswa SMP yang lumpuh setelah sebelumnya divaksin MR sudah lebih dari seminggu dirawat di dua rumah sakit berbeda.

oleh Felek Wahyu diperbarui 16 Agu 2017, 13:30 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2017, 13:30 WIB
Hasil Pemeriksaan Siswa SMP yang Lumpuh Usai Divaksin MR
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Liputan6.com, Semarang - Usai disuntik vaksin MR untuk mencegah penyakit campak dan rubela, remaja putri berinisial NA yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng), mengalami kelumpuhan. Kini, remaja tersebut masih dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi, Semarang, Jateng.

"Secara jelas direktur medik juga enggak sebut (hasil diagnosis). Intinya bukan dampak vaksin, kemungkinan sakit saraf, kan biasanya sudah lama," ucap Humas RSUP dokter Kariadi, Pranata, di Semarang, Selasa, 15 Agustus 2017.

Hanya saja, imbuh dia, kelumpuhan yang dialami NA kebetulan muncul setelah divaksin. Niken menjalani perawatan di RSUP dr Kariadi, Semarang, sejak Sabtu, 12 Agustus 2017. Sebelum dirujuk ke RSUP tersebut, NA sempat dirawat enam hari di Rumah Sakit Islam Demak.

Lantaran keterbatasan alat dan pasien tidak kunjung pulih, NA kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Walisongo, Demak. "Dari (RS) Walisongo dibawa ke (RSUP) Kariadi. Sudah dua hari di sini," ujar Pranata.

Seusai penyuntikan vaksin MR, NA masih bisa berjalan. "Kalau menurut ibunya masih (bisa jalan). Vaksin di sekolahan dan dari sekolah pulangnya masih jalan kaki," tutur dia.

Selain itu, NA mengeluhkan mual. "Dapat obat. Tapi di rumah nyeri pinggangnya enggak membaik," Pranata menambahkan.

Menurut Pranata, kondisi NA setelah dirawat di RSUP dr Kariadi menunjukkan perkembangan positif. NA pun telah menjalani pemeriksaan fisioterapi dan magnetic resonance imaging (MRI).

"Tadi, kaki NA sudah bisa digerakkan," Pranata menjelaskan.

Terkait kondisi anaknya, ayah NA tidak bersedia menerima wawancara atas kelumpuhan yang diderita anaknya. Ia membuat surat pernyataan tertulis yang pada intinya berkeberatan apabila NA dimuat dalam berita.

"Sebenarnya orangtua NA menulis keberatan dipublikasi. Makanya, gambar enggak diizinkan, privasi," ujar Pranata seraya menunjukkan foto pernyataan keberatan secara tertulis dari orangtua NA.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya