Mengenal Kopi Poro, Racikan Turun-temurun Ndalem Kadilangu Demak

Selain oleh keluarga Ndalem Kadilangu, kopi ini juga disajikan untuk para tamu istinewa dari Keraton Solo maupun Keraton Yogyakarta. Bukan itu saja, kopi poro juga menjadi sajian untuk tamu agung lainnya di masa kerajaan.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 22 Mar 2025, 18:00 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2025, 18:00 WIB
Minum Kopi
Ilustrasi minum kopi/copyright shutterstock... Selengkapnya

Liputan6.com, Demak - Selain jamu coro, Kabupaten Demak juga memiliki minuman tradisional lain yang bernama kopi poro. Kopi ini lahir dari racikan istimewa yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Mengutip dari berbagai sumber, kopi poro adalah kopi yang disuguhkan untuk poro (para) abdi dalem Kadilangu. Kopi ini termasuk minuman kopi leluhur ahli waris kanjeng Sunan Kalijaga.

Selain oleh keluarga Ndalem Kadilangu, kopi ini juga disajikan untuk para tamu istinewa dari Keraton Solo maupun Keraton Yogyakarta. Bukan itu saja, kopi poro juga menjadi sajian untuk tamu agung lainnya di masa kerajaan.

Kopi poro memiliki cita rasa dan aroma khas kopi zaman dulu yang bukan produksi pabrikan. Rasa yang dihasilkan merupakan kombinasi rasa pahit, kecut, dengan aroma khas kopi.

Konon, penamaan kopi poro berasal dari kata para atau dalam bahasa Jawa disebut poro. Kata itu merujuk pada julukan poro abdi dalem.

Sebenarnya, kopi poro menggunakan kopi robusta yang berasal dari Temanggung. Selanjutnya, ditambahkan kelapa dan beras.

Bahan-bahan tersebut kemudian disangrai selama beberapa jam. Selanjutnya baru kemudian ditumbuk dan disaring menjadi bubuk kopi. Proses saring dilakukan selama tiga kali, sehingga menghasilkan bubuk kopi yang sangat lembut dan halus.

Racikan istimewa ini telah menjadi tradisi turun-temurun sejak 1885 hingga sekarang. Bukan sekadar minuman biasa, kopi poro yang dikonsumsi secara rutin dipercaya dapat membuat tubuh lebih sehat dan segar bugar.

Penulis: Resla

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya