Dilema Polisi Jayawijaya Hadapi Sopir Angkutan Umum di Wamena

Jalan yang rusak dan berlubang di sepanjang perjalanan membuat risiko kematian saat berkendara dengan angkutan umum di Wamena, meningkat.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Nov 2017, 04:01 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2017, 04:01 WIB
Angkot Mewah Papua
Kendaraan mewah jadi angkutan umum di Papua (Liputan6.com / Katharina Janur)

Liputan6.com, Wamena - Tingginya kebutuhan warga atas layanan transportasi untuk mengangkut mereka lintas kabupaten mendatangkan dilema kepada polisi-polisi di Polres Jayawijaya, Papua. Pasalnya, tingginya permintaan seringkali membuat sopir angkutan umum mengangkut penumpang melebihi kapasitas.

"Mitsubishi Strada yang hanya berkapasitas lima orang dapat dibuat sampai lebih dari itu, ditambah muatan. Dan ini rawan kecelakaan," kata Kapolres Jayawijaya AKBP Yan Pieter Reba di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Rabu, 8 Agustus 2017, dilansir Antara.

Kapolres mengatakan kebanyakan penumpang memerlukan transportasi umum untuk mencapai sejumlah daerah pemekaran. Kapolres juga menyadari bahwa jumlah angkutan umum yang tersedia tak sebanding dengan permintaan yang ada.

Akibatnya, sopir maupun penumpang memaksa tetap diangkut walau daya angkut kendaraan melebihi kapasitas. Hal itu meningkatkan risiko kecelakaan di jalan raya.

"Ini pesan untuk keselamatan bersama mengingat kondisi jalan yang masih rusak dan tidak terlalu bagus untuk dilalui dengan kendaraan yang over kapasitas," katanya.

Kapolres memastikan akan menempatkan anggota polisi di titik-titik angkutan umum untuk mengontrol agar pengangkutan penumpang dan barang tidak melebihi kapasitas.

"Kami ingin mengontrol masalah ini, namun kembali lagi kepada kesadaran masyarakat dan para supir angkutan lintas daerah yang beroperasi di Jayawijaya agar tidak timbul satu insiden yang membahayakan," katanya.

Selain akses jalan penghubung antarkabupaten yang berlubang-lubang dan melewati gunung serta jurang yang rawan kecelakaan, perjalanan antarkabupaten di sana bisa memakan waktu tiga jam hingga enam jam lebih.

"Kami tidak melarang masyarakat untuk bepergian, hanya mengingatkan saja untuk keselamatan bersama sebab kami juga tidak tahu kapan kecelakaan akan datang. Tetapi paling tidak, ada kewaspadaan lebih awal," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Angkutan Mewah Papua

Penggunaan mobil-mobil mewah, seperti Mitsubishi Pajero dan Toyota Fortuner, sebagai angkutan antarkabupaten juga terjadi di Paniai Papua. Mobil-mobil itu salah satunya beroperasi di sepanjang Pasar Enarotali, Kabupaten Paniai, Papua, yang dipenuhi penumpang yang rata-rata membawa hasil kebun berupa sayur mayur atau umbi-umbian.

Mobil seharga ratusan juta itu ternyata sebuah angkutan antar kabupaten di wilayah pedalaman Papua. Rutenya melintasi beberapa kabupaten di wilayah adat Meepago, yakni Kabupaten Nabire, Dogiyai, Deiyai, dan Paniai.

Tarif angkutan antar kabupaten itu beragam, mulai Rp 350 ribu hingga Rp 600 ribu per orang. Namun jika mobil ini disewa, tarifnya pun berbeda.

Misalnya saja dari Kabupaten Nabire ke Kabupaten Dogiyai dihargai Rp 1,5 juta per satu kali antar penyewa. Jarak antar dua kabupaten itu ditempuh dengan waktu 6-7 jam perjalanan.

Berbeda jika mobil disewa dari Kabupaten Nabire ke Kabupaten Paniai, dikenai tarif Rp 3,5 juta. Jaraknya berkisar 250-an kilometer, ditempuh 10-12 jam.

Salah satu sopir angkutan antar kabupaten, Martono (35), menyebutkan per satu harinya dia selalu menyetor kepada pemilik mobil sekitar Rp 1 - 1,5 juta.

Penghasilan yang saya terima juga tak menentu. Bersihnya per bulan sekitar Rp 2 juta," ucapnya ketika ditemui Liputan6.com, di Kabupaten Dogiyai, Minggu (26/3/2017).

Menurut dia, mobil yang biasa dimiliki oleh warga kelas menengah ke atas ini juga biasa digunakan untuk mengangkut hewan piaraan seperti babi, kambing, ayam, hingga  jenazah.

"Saya senang jika angkut jenazah. Bayarannya bisa mencapai Rp 10 juta satu kali angkut. Kalau bawa hewan piaraan harganya bisa mencapai Rp 5 jutaan," katanya.

Mobil-mobil angkutan ini telah dimodifikasi dengan roda cakar dan ban yang yang dirancang khusus melewati jalur menanjak yang terjal, berbatu dan berlumpur. 

"Kalau mobil ini masuk bengkel bisa menghabiskan jutaan rupiah. Jika sudah dua kali angkut penumpang, kami harus rutin service, cek kondisi mobil, apakah ada yang rusak atau ada sparepart yang harus diganti," kata Arman, sopir antar lintas kabupaten di Meepago, Papua, yang telah 5 tahun 'narik' pakai Pajero.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya