Kunir Asem Jadi Favorit Bule di Festival Minum Jamu Yogyakarta

Beragam jamu tersedia di Festival Minum Jamu Yogyakarta. Wisatawan asing pun tidak mau ketinggalan demi jamu favoritnya.

oleh Switzy SabandarSwitzy diperbarui 17 Feb 2018, 23:02 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2018, 23:02 WIB
Festival Minum Jamu Yogyakarta
Festival Minum Jamu bertujuan untuk menggalakkan tradisi minum jamu di kalangan anak muda

Liputan6.com, Yogyakarta Festival Minum Jamu yang baru pertama kali digelar di Yogyakarta berhasil mengundang ketertarikan wisatawan mancanegara. Sejumlah bule dari berbagai negara tampak memenuhi stan jamu dari beragam produsen.

Mereka menenggak jamu di dalam gelas plastik yang dibagikan secara gratis. Berderet botol jamu yang berisi cairan berwarna hijau, cokelat, hitam, dan sebagainya.

"Saya sangat suka jamu kunir asem rasanya segar," ujar Sally, salah satu wisatawan asal Inggris dalam Festival Minum Jamu yang digelar di Plasa Ngasem, Sabtu (17/2/2018).

Meskipun demikian, ini bukan pertama kalinya Sally mencicipi jamu. Dia sudah tinggal di Indonesia selama belasan bulan dan sebelumnya juga sudah pernah minum jamu.

Ia mengaku tidak ada minuman seperti ini di negaranya atau negara lain yang pernah dikunjunginya.

"Kalau minuman tradisional daerah tertentu sih ada, tetapi bukan jamu," kata Sally.

 

Mendekatkan Jamu kepada Anak Muda

Festival Minum Jamu Yogyakarta
Festival Minum Jamu bertujuan untuk menggalakkan tradisi minum jamu di kalangan anak muda

Festival Minum Jamu mengambil tema Mbak Jamu Zaman Now. Sesuai judulnya, kegiatan ini bertujuan untuk mengangkat jamu di kalangan anak muda.

"Mbak Jamu Zaman Now ingin mengedukasi masyarakat supaya rajin mengkonsumi jamu," ujar Widihasto Wasana Putra, ketua panitia acara.

Ia menilai selama ini anggapan yang berkembang jamu identik dengan kuno dan ketinggalan zaman. Padahal jamu merupakan minuman khas Indonesia yang tidak akan ditemui di negara lain. Minum jamu merupakan tradisi turun temurun yang harus dilestarikan.

Terlebih, jamu saat ini tidak hanya dalam bentuk racikan, melainkan juga kemasan. Konsumen bisa memilih sesuai dengan kebutuhannya.

"Kalau mau praktis, pilih yang kemasan," tutur Hasto.

Ia mengungkapkan Plasa Ngasem dipilih sebagai lokasi karena kegiatan ini juga untuk merayakan tahun berdirinya Keraton Yogyakarta ke-271.

Kegiatan ini didukung oleh Tolak Linu Sido Muncul yang juga menggandeng 55 produsen jamu yang tergabung dalam Perusahaan Gabungan (PG) Jamu.

 

Melestarikan Tradisi Minum Jamu

Festival Minum Jamu Yogyakarta
Festival Minum Jamu bertujuan untuk menggalakkan tradisi minum jamu di kalangan anak muda

Direktur PT Sido Muncul, Tbk, Irwan Hidayat, menuturkan Festival Minum Jamu mendukung upaya Keraton Yogyakarta untuk melestarikan jamu, penjual, dan cara pembuatannya.

Ia mencontohkan, saat ini ketika orang mengalami gejala flu secara otomatis mengkonsumsi jamu tolak angin.

"Kami ingin mengembalikan tradisi kalau sakit minum jamu," tuturnya.

Demikian pula dengan jamu tolak linu, ia berharap orang yang mengalami pegal karena kelelahan bisa minum jamu itu.

Menurut Bagian Promosi PT Sido Muncul, Tbk, Antonius Sutono, ekspor produk jamu Sido Muncul sudah merambah ke lima benua.

"Paling banyak diminati di Timur Tengah, terutama produk tolak angin, kuku bima, dan tolak linu," kata Antonius.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya