Liputan6.com, Paris - Dahulu kala pada Abad ke-16, hiduplah seorang wanita bernama Diane de Poitiers.
Perempuan kelahiran 3 September 1499 ini dikenal sebagai seorang bangsawan Prancis dan petinggi istana terkemuka di era Raja Francis I dan putranya, Raja Henry II dari Prancis. Dia adalah selir kesayangan Henry II.
Baca Juga
Diane memiliki banyak pengaruh dan kekuasaan di Kerajaan Prancis.
Advertisement
Semasa hidup, sang raja kerap menghabiskan waktu bersama Diane ketimbang dengan istrinya, Catherine de' Medici.
Meski Henry II telah menikahi Catherine saat berumur 14 tahun pada 28 Oktober 1533. Sayangnya, ia mengaku tak mencintai istri sahnya itu.
Ketertarikan Henry pada Diane tak mengenal umur, meski diketahui perempuan itu 20 tahun lebih tua dari dirinya. Diane pun telah memiliki seorang suami dan dua orang anak.
Kekuasaan dan harta Henry II membuat Diane menjadi wanita yang juga disegani di lingkungan kerajaan, bahkan dirinya disejajarkan dengan sang ratu dan disebut sebagai 'permaisuri' Raja Henry II.
Seluruh keinginan Diane dipenuhi oleh Henry II, hidupnya pun amat bergantung pada raja.
Malang, nasib mujur Diane tak bertahan lama. Dia harus kehilangan seluruh harta benda dan kekuasaan setelah Henry II meninggal dalam sebuah pertarungan bergengsi.
Ia dinyatakan mangkat pada 10 Juli 1559 dalam usia 40 tahun, karena luka serius yang dideritanya pasca-turnamen. Pecahan tombak melukai mata raja dan menyebabkan infeksi yang menyakitkan.
Akibatnya, dengan cepat 'takhta' Diane pun tumbang. Mengingat hidupnya mendompleng raja, ia kemudian diusir dari istana oleh istri mendiang Henry II, Catherine.
Dia terpaksa tinggal di sebuah château (sebuah rumah milik kerajaan (atau kastil) di Prancis; sebuah benteng di Prancis) hingga ajal menjemputnya pada 1566 saat usianya 66 tahun.
Berikut sebutan yang pernah ditujukan kepada Diane, sebagaimana dikutip dari laman Ancient Origins, Selasa 13 Februari 2018.
Asal Usul Bangsawan
Diane de Poitiers adalah putri dari pasangan Jean de Poitiers, seorang aristokrat, dan Seigneur de Saint Vallier.
Lahir pada 3 September 1499, dia menjadi istri kedua Louis de Brézé, Seigneur d'Anet, pada usia 15 tahun. Padahal keduanya terpaut usia puluhan tahun.
Pasangan ini memiliki dua anak, Françoise de Brézé dan Louise de Brézé. Ketika Louis meninggal pada tahun 1531, Diane berhasil mendapatkan gelar Seneschal (seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja) yang sebelumnya disematkan kepada mendiang suaminya.
Kala itu, Diane bergelar The Grand Senechal of Normandy. Jabatan ini kerap dimanfaatkan Diane saat menjadi selir Henry II.
Advertisement
Jadi Gundik
Diane pertama kali masuk ke lingkup kerajaan Prancis sebagai dayang. Oleh karenanya, dia dijuluki Lady in Waiting.
Dalam kurun waktu yang lama, dia telah mengabdi di bawah kekuasaan Louise of Savoy, ibu dari Raja Francis I dari Prancis; Claude dari Prancis, istri pertama Francis; dan Eleanor dari Austria, istri kedua raja.
Menurut beberapa sejarawan, Diane menjadi gundik Francis I, sehingga mendapat pengampunan untuk ayahnya yang dijatuhi hukuman mati karena berencana melawan raja.
Tapi, rumor ini tidak berdasar, karena ternyata raja memiliki selir favoritnya sendiri, yakni Anne de Pisseleu.
Pada 1530, Henry II muda dan kakaknya kembali ke Prancis setelah ditahan sebagai sandera selama beberapa tahun di istana Charles V, Raja Spanyol.
Diane kemudian diangkat menjadi tutor dua pangeran itu. Saat Henry tumbuh besar, dia justru jatuh cinta pada mentornya, meskipun ada perbedaan usia yang sangat jauh antara keduanya.
Akhirnya, Diane menjadi gundik utama Henry II.
Ramuan Emas
Henry II sebenarnya tidak diharapkan untuk mewarisi takhta Prancis, karena kakaknya, Francis III, adalah Dauphin of France (ahli waris utama). Ketika Francis III meninggal secara mendadak pada tahun 1536, Henry II menjadi Dauphin yang baru, dan pada saat kematian ayahnya pada tahun 1547, ia resmi menjadi Raja Prancis.
Pengaruh Diane atas keputusan yang dibuat Henry II sangat besar, sehingga kerap diprotes oleh ratu, Catherine de'Medici.
Misalnya saja, Diane diberi mandat untuk menyimpan mahkota raja, serta diberi Château de Chenonceau yang amat diinginkan sang ratu.
Meski demikian, Diane tidak menjalankan pengaruhnya terhadap raja dalam urusan pemerintahan. Sebagai gantinya, dia lebih peduli dengan peningkatan kekayaan materialnya, keluarga dan teman-temannya.
Saat raja berada di ambang kematian, ia berulang kali meminta istrinya untuk memanggilkan Diane. Namun tak digubris oleh Catherine, sebab dia berpikir inilah kesempatan emas untuk mengambil alih kekuasaan.
Catherine tak membiarkan Henry II bertatap muka untuk terakhir kalinya dengan Diane.
Tak lama setelah raja wafat, Catherine memaksa Diane mengembalikan mahkota yang dititipi suaminya. Diane juga dipaksa mengembalikan kastil Catherine Château de Chenonceau yang pernah diberikan Henry II untuknya.
Diane lalu diusir dari istana, tinggal di Château of Chaumont untuk sesaat. Setelah itu, dia menghabiskan sisa hidupnya dengan tenang di Château d'Anet. Pada 1566, Diane meninggal ketika usianya menginjak 66 tahun.
Menariknya, pada tahun 2009, analisis melakukan penelitian terhadap sisa-sisa jasad Diane, yaitu rambutnya. Mereka menyimpulkan, nyonya kerajaan itu minum obat mujarab demi terlihat awet muda.
Obat ini adalah kombinasi dari klorida emas dan diethyl ether. Sehingga ada kemungkinan Diane menjadi korban kecanduan emas kronis. Itu artinya, kematian Diane berkaitan dengan emas yang tak pernah lagi dikonsumsinya, setelah ia tak lagi punya apa-apa.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement