27 Spesies Fauna Gua di Kawasan Karst Maros-Pangkep Terancam Masuk Daftar Merah

Lima spesies berpotensi masuk ke dalam Kategori Genting (Endangered), sedangkan 22 spesies lainnya diperkirakan masuk Kategori Kritis (Critically Endangered).

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Apr 2018, 00:30 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2018, 00:30 WIB
Kawasan Karst Ramang-Ramang
Kawasan Karst Ramang-Ramang (Foto: FFI-IIP)

Liputan6.com, Jakarta - Sedikitnya 27 spesies fauna gua endemik di kawasan karst di Kabupaten Maros dan Pangkep, Sulawesi Selatan berpotensi masuk dalam penilaian daftar merah (International Union for Conservation of Nature Red List (IUCN Red List). Lima spesies berpotensi masuk ke dalam Kategori Genting (Endangered), sedangkan 22 spesies lainnya diperkirakan masuk Kategori Kritis (Critically Endangered).

Penilaian ini berdasarkan evaluasi awal terhadap persebaran geografis, status populasi, tipe habitat, usaha konservasi, dan ancaman terhadap spesies tersebut.

21 spesies yang ditemukan diantaranya merupakan penilaian status daftar merah untuk yang pertama kali dan belum pernah dilakukan sebelumnya. Sebab sangat terbatasnya informasi mengenai relung hidup spesies-spesies tersebut. Usaha untuk finalisasi penilaian terhadap spesies tersebut agar masuk ke dalam database daftar merah IUCN sedang dilakukan oleh para ahli.

Pusat Penelitian Biologi LIPI bersama Fauna & Flora International – Indonesia Programme (FFI-IP) dengan bantuan dana dari Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung dan Masyarakat Speleologi Indonesia (ISS) melakukan survei keanekaragaman hayati untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi yang perlu mendapatkan perhatian, terutama terkait kekayaan dan keanekaragaman hayati di Kawasan karst Maros-Pangkep.

Pada April-Mei 2017 yang lalu telah dilakukan survei keanekaragaman hayati meliputi arthropoda, moluska, dan kelelawar di gua dan karst. Kegiatan survei ini meliputi dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep dimana diperoleh 11 gua yang beberapa diantaranya belum pernah tercatat pernah dilakukan survei keanekaragaman hayati dan biologi.

Spesies Arthropoda gua yang dikoleksi dari beberapa lokasi yang belum pernah disurvei sebelumnya sebagai tambahan informasi dari yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan penelitian oleh Cahyo Rahmadi, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), bahwa keanekaragaman hayati gua di Karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan disebutkan terdapat 47 spesies arthopoda yang dikoleksi selama survei.

“Beberapa spesies menambah informasi baru seperti temuan spesies Cancrocaeca xenomorpha di Gua Saripa Spring dan spesies dari Bangsa Amblypygi (Sarax sp.). Spesies dari kelompok moluska juga ditemukan 71 spesies dari 16 famili di mana 43 spesies di nnantaranya merupakan spesies endemik dan 15 spesies yang langka. Spesies kelelawar yang ditemukan sebanyak sembilan spesies dari dua kelompok yaitu Megachiroptera sejumlah tiga spesies dan Microchiroptera sejumlah enam spesies”, jelas Cahyo.

Hasil survei ini memastikan bahwa Kawasan Karst Maros-Pangkep menyimpan harta karun keanekaragaman hayati yang patut untuk dilindungi dari beberapa ancaman kehilangan habitat yang semakin intensif. Bukan hanya perlindungan di kawasan karst yang sudah masuk kedalam kawasan konservasi seperti di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, namun juga di Kawasan karst yang terpisah dari gugus utamanya dan di luar kawasan konservasi tersebut.

Ancaman gugusan karst yang tidak masuk kawasan konservasi ini memiliki ancaman perubahan fungsi lahan karena tidak ada usaha perlindungan yang memadai. Seperti adanya aktivitas pertambangan batu kapur dan marmer, lokasi pembuangan sampah, serta operator wisata alam yang tidak terkoordinir dengan baik.

Ancaman yang dihadapi adalah selain hilangnya habitat sebagian besar spesies endemik gua tersebut, namun juga potensi sumber daya air tawar terbesar di Maros-Pangkep dimana masyarakat sekitar sangat bergantung hidupnya terhadap ketersediaannya juga turut terancam. (Mahendra Primajati, Peneliti Fauna & Flora International – Indonesia Programme (FFI-IP).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya