Liputan6.com, Gorontalo – Sejumlah emak-emak di Gorontalo mengamuk di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE) di Desa Ilotidea, Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo pada Sabtu (21/04/2018). Mereka marah karena selama beberapa hari kesulitan memperoleh tabung gas ukuran 3 kilogram.
Dari pantauan Liputan6.com, emak-emak yang sejak pagi tidak bisa memperoleh tabung gas tersebut, akhirnya mendatangi SPBE bersama ratusan warga lain yang mengalami kondisi serupa. Dengan membawa beberapa balok kayu,mereka menghentikan truk pengangkut elpiji yang hendak menyalurkan gas ke wilayah lain.
"Tidak boleh ada truk yang keluar, sebelum tabung gas di desa kami diisi," teriak para warga.
Advertisement
Mereka juga memblokade jalan keluar agar tak ada satu pun truk Elpiji yang melintas. Mereka kemudian bergerak memaksa masuk ke dalam pangkalan sambil berteriak agar gas Elpiji segera disalurkan ke wilayahnya. Sejumlah karyawan SPBE hanya bisa terpaku diam menyaksikan aksi para warga tersebut.
Menurut warga, selama beberapa hari terakhir terakhir tidak memperoleh pasokan gas Elpiji tiga kilogram. Mereka makin kesal karena setiap hari melihat truk Elpiji keluar masuk untuk menyalurkan gas, tetapi stok gas Elpiji di wilayah itu tetap kosong. Padahal, lokasi SPBE itu berada di desa mereka.
Baca Juga
"Mereka hanya mendistribusikan ke wilayah kota Gorontalo. Di sini hanya satu minggu sekali diisi, itu pun hanya 40 tabung, jelas tidak cukup untuk warga," kata Rita, warga Desa Ilotidea.
Warga lain, Tengi Palilati mengungkapkan mereka terpaksa mendatangi pangkalan karena kesulitan memperoleh Elpiji. Sebelumnya, mereka telah berkoordinasi dengan pihak SPBE untuk segera menyalurkan tabung gas namun tidak kunjung dipenuhi.
Ia menambahkan tabung Elpiji kosong dari beberapa desa di kecamatan tersebut juga semakin bertumpuk karena tidak kunjung diisi. "Sudah satu minggu tabung kosong. Dijanjikan mau diisi tapi hingga tengah hari, cuma 40 tabung yang ada," keluhnya.
Keributan baru berhenti setelah pihak polisi dan TNI setempat berusaha menenangkan para warga. Setelah dikoordinasi, pihak pangkalan akhirnya bersedia memenuhi keinginan warga untuk terlebih dahulu menyalurkan gas elpiji ke desa mereka.
Beralih ke Kayu Bakar
Sementara itu, sebagian rumah tangga lain yang juga kesulitas dapatkan gas Elpiji 3 kg terpaksa beralih menggunakan tungku yang berbahan bakar kayu untuk kebutuhan memasak sehari-hari.
Informasi yang diperoleh Liputan6.com, kelangkaan gas Elpiji 3 kg di sejumlah pangkalan ini, baik di kabupaten maupun Kota Gorontalo, membuat warga terpaksa bolak-balik mencari gas tersebut. Namun, para agen mengaku tak memiliki stok.
Hadija Mangge, salah seorang ibu rumah tangga mengaku, saat ini mereka hanya bisa menggunakan tungku kayu bakar. Ia sudah mendatangi sejumlah pangkalan yang ada di Kabupaten Bone Bolango bahkan sampai ke Kota Gorontalo, tetapi hasilnya nihil.
"Kembali ke tungku pun sangat sulit karena saat ini musim penghujan jadi untuk mencari kayu bakar kering sangat susah," kata Hadija.
Senada dengan Hadija, Haris Pakaya menyatakan kelangkaan gas Elpiji ini bukan baru pertama kalinya terjadi. Haris menyesalkan pemerintah saat ini terus melakukan berbagai macam kegiatan, akan tetapi kebutuhan masyarakat sendiri ini malahan terabaikan.
"Kami hanya berharap agar kelangkaan gas LPG ini bisa normal kembali, sebab ini juga merupakan kebutuhan masyarakat, sehingga kami masyarakat membutuhkan peran pemerintah untuk mengatasi persoalan tersebut," ujarnya.
Sementara, Aksan Muslim, salah seorang subagen penjual gas tabung 3 kg, menuturkan, sudah beberapa pekan tidak bisa melayani permintaan konsumen. Sebab, agen penyalur tidak lagi menyuplai. Padahal setiap minggu, agen resmi Elpiji menyalurkan pada subagen ataupun pangkalan penjual gas.
"Kalaupun diisi itu hanya sedikit dan tidak beberapa menit habis, Kami sudah berulang kali menghubungi agen. Namun jawabannya selalu mengatakan masih menunggu stok," ucap Aksan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement