Surabaya - Rata-rata nilai Ujian Nasional Berbasis Komputer atau UNBK tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) mengalami penurunan tajam bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menjadi sorotan banyak pihak mengingat sebelumnya banyak siswa mengeluh karena kesulitan mengerjakan soal UNBK.
Polemik ini juga tidak lepas dari sorotan Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Saiful Rachman, yang menilai kerancuan kisi-kisi yang diberikan tidak sesuai dengan soal yang dikeluarkan saat ujian nasional. Menurutnya, kejadian ini harus menjadi bahan evaluasi semua pihak, termasuk pemerintah pusat.
Advertisement
Baca Juga
"Saya ini baru saja lihat di televisi, beda lagi statement-nya pak menteri (Muhadjir Effendy), katanya soal UNBK tidak harus sama dengan kisi-kisi, lah, kacau nanti UNBK itu. Ya ndak bisa, kalau soal memang beda-beda, harus, tapi kalau kisi-kisi itu kan acuan, acuan dari kurikulum dipakai. Ini kelihatannya agak bingung ujian nasional ini," kata Dr. Saiful Rahman kepada Radio Suara Surabaya, Senin (7/5/2018).
Meskipun begitu, pihaknya mengaku apa pun hasil UNBK, Dinas Pendidikan Provinsi tetap melakukan analisis terhadap elemen-elemen yang dirasa kurang maksimal, seperti penyegaran tenaga pengajar. Ia menilai, di beberapa daerah membutuhkan penyegaran guru untuk mengembangkan teknik pembelajaran menjadi lebih praktis, sehingga siswa bisa lebih cepat dalam mengerjakan soal.
Â
Baca berita menarik lainnya dari Suarasurabaya.com di sini.
Â
Proses Penyegaran
Untuk itu, Dispendik Jatim menjalin kerjasama dengan beberapa universitas di Surabaya. Institut Sepuluh November Surabaya (ITS) dan Universitas Airlangga Surabaya (Unair) di bidang MIPA juga akan diajak bergabung dalam pola penyegaran ini.
"Saya akan buat pola dengan teman-teman dari ITS MIPA maupun Unair MIPA. Mereka sudah terbiasa membuat suatu sistem pembelajaran dengan cara praktis dan cepat. Ini dimungkinkan untuk menyegarkan guru-guru kita MTK dan IPA agar ada semacam revitalisasi pola pembelajaran," ujarnya.
Dengan adanya kerjasama ini, harapannya siswa yang mulanya menerima teori dengan uraian rinci, bisa lebih praktis dan lebih cepat dalam mengerjakan soal. Sehingga lebih bisa menghemat waktu. Cara seperti ini, lanjut dia, juga seperti yang telah diterapkan oleh beberapa bimbingan belajar.
Saiful juga menilai, bahwa siswa tidak bisa sepenuhnya disalahkan atas penurunan nilai UNBK ini. Menurutnya, pemerintah pusat juga harus mengevaluasi apakah kebijakan tentang ujian sudah tepat jika diterapkan di daerah-daerah.
"Soal itu bisa dianalisa kalau yang buat soal benar. Misalnya, ada satu guru bikin soal matematika, dan jawabannya ada lima. Berarti dalam menakar tingkat kesulitan, yang salah yang buat soal," tutup Saiful.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement