Anak-Anak Korban Gempa Lombok Kangen Sekolah

Anak-anak korban gempa Lombok mengaku kangen bersekolah. Pemerintah sudah menjanjikan sekolah darurat untuk mereka, tapi belum terwujud.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Agu 2018, 13:30 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2018, 13:30 WIB
Dampak Gempa Bumi di Lombok
Seorang pria berdiri di antara reruntuhan rumah yang rusak akibat gempa di Lombok, NTB, Minggu (29/7). Data sementara BPBD Provinsi NTB mencatat, gempa bumi tektonik 6.4 SR itu mengakibatkan 10 orang meninggal dunia (HO/NTB DISASTER MITIGATION AGENCY/AFP)

Liputan6.com, Sembalun - Sejumlah anak korban gempa yang berada di lokasi pengungsian di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat berharap bisa masuk sekolah lagi seperti biasanya.

Ditemui di lokasi pengungsian Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Selasa, Anton Wahyudi (12), siswa kelas VII di salah satu sekolah swasta MTs Nahdatul Wathan (NW) ini, mengaku ingin secepatnya bisa masuk sekolah.

Pasalnya, selama berada di lokasi pengungsian, pascagempa 6,4 Skala Richter yang melanda wilayah itu pada Minggu pagi, 29 Juli 2018, dirinya mengaku jenuh karena tak ada aktivitas belajar. Bahkan, di lokasi tenda pengungsian pun belum ada sekolah darurat seperti dijanjikan oleh pemerintah.

"Kalau di sekolah kan kita bisa belajar. Tidak seperti sekarang di posko pengungsian, hanya diam aja," ujarnya.

Ia mengatakan sejak gempa bumi terjadi, praktis aktivitas sekolah diliburkan. Apalagi, sejumlah ruang kelas di MTs NW tempatnya belajar sudah tidak bisa digunakan lagi karena rusak akibat guncangan gempa.

"Kondisi sekolah sudah rusak di beberapa ruangan," tuturnya saat menceritakan kondisi sekolah tempatnya menuntut ilmu.

Anton mengatakan, selama tiga hari berada di pengungsian, dirinya dan teman-temannya juga mengaku masih takut kembali ke rumah. Kalau pun ingin kembali ke rumah kondisinya pun sudah rusak parah.

Sementara itu, Hafizah siswi kelas 5 di SDN 3 Sajang juga mengaku, kangen ingin kembali belajar dan bermain di sekolah. "Ya kangen mau sekolah lagi," terangnya.

Walaupun ingin kembali ke sekolah, ia menyatakan masih takut untuk keluar. Karena masih terngiang dengan gempa bumi. Bukan hanya itu, rumah sebagai tempat dirinya berteduh bersama keluarga sudah roboh akibat guncangan gempa.

"Kalau di posko pengungsian kita hanya bermain aja, n gak bisa belajar," ucapnya.

Hafizah berharap bisa kembali sekolah sehingga bisa belajar. "Karena di lokasi pengungsian, belum ada sekolah darurat," ungkapnya.

Dusun Sajang, Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur menjadi salah satu lokasi terparah gempa bumi 6,4 SR yang menguncang NTB pada Minggu pagi. Akibat gempa tersebut, sejumlah sekolah mengalami rusak berat dan ringan.

Dari data yang diperoleh total 10 sekolah dasar dalam kondisi rusak, 66 ruang belajar rusak berat, 42 kelas rusak ringan dengan total siswa sebanyak 1.042 orang.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya