Liputan6.com, Banyumas - Sejumlah wilayah di Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah mengalami kekeringan ekstrem. Di luar itu, ada pula daerah yang mengalami kekeringan panjang dan terancam kekeringan ekstrem pada kemarau 2018 ini.
Kekeringan ekstrem adalah kondisi ketika tak turun hujan dalam periode lebih dari 60 hari. Adapun kekeringan panjang adalah kondisi kering tanpa hujan antara 31-60 hari.
Di Banyumas, tiga wilayah yang telah mengalami kekeringan ekstrem meliputi Lumbir, Rawalo, dan Daerah Banyumas 2 PU. Adapun yang sudah mengalami kekeringan panjang adalah Kelapa Gading, Jatilawang, Purwojati, Baturaden, Kebun Darmakradenan, dan Kebun Samudera.
Advertisement
Baca Juga
Di Kabupaten Cilacap, daerah yang mengalami kekeringan panjang dan terancam kekeringan ekstrem meliputi Kecamatan Cipari, Adipala, Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Kesugihan, Kedungreja, Kawunganten, Sidareja, Maos, Karangsari, Binangun, dan Cimanggu.
"Di Cilacap belum ada daerah yang mengalami kekeringan ekstrem, tapi sudah terancam," kata Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan, kepada Liputan6.com, Sabtu, 4 Agustus 2018.
Dia menjelaskan, kekeringan ekstrem itu memicu krisis air bersih di berbagai daerah. Pasalnya, sumur warga mengering. Sungai dan mata air pun berkurang debitnya atau bahkan habis sama sekali.
Kekeringan dan Krisis Air Bersih di Banyumas
Untuk itu, ia pun meminta agar warga berhemat air bersih lantaran musim kemarau diperkirakan masih akan terjadi hingga September mendatang. Musim penghujan, biasanya akan tiba pada Oktober, tetapi masih tak merata.
Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Banyumas, Kusworo mengatakan, hingga saat ini sudah terdistribusi sebanyak 106 tangki bantuan air bersih. Sebanyak 85 tangki air bersih dikirimkan ke 16 desa di tujuh kecamatan yang sudah mengalami krisis air bersih.
Tujuh kecamatan tersebut meliputi, Cilongok, Purwojati, Kalibagor, Banyumas, Sumpiuh, Tambak, dan Somagede. Diperkirakan krisis air bersih semakin meluas seiring kemarau panjang di wilayah ini.
"Langkah selanjutnya menuju puncak musim kemarau, BPBD Banyumas koordinasi dengan CSR dan desa yang memiliki sumber air besar untuk membantu pasokan air bersih," ucap Kusworo.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Banyumas, Catur Hari Susilo mengatakan air bersih itu akan disuplai dari tujuh mata air. Letaknya merata, mulai dari Banyumas barat, tengah, hingga ke timur.
Untuk wilayah Banyumas barat, akan diambil dari wilayah Pancasan Kecamatan Ajibarang. Wilayah Banyumas timur akan diambil dari wilayah Banjarpanepan. Adapun wilayah kota Purwokerto akan diambil dari wilayah Baturaden atau dari PDAM.
Dia menerangkan, diperkirakan sejumlah desa mengalami krisis air besih pada September dan Oktober. Pengalaman di 2015, BPBD dan sejumlah pihak mengirimkan bantuan air bersih sepekan dua kali untuk daerah yang mengalami kekeringan ekstrem.
"Prosedur yang dilakukan, kita akan droping air bersih, manakala desa daerah rawan mengajukan surat permohonan bantuan air bersih, atau secara lisan terlebih dahulu," Catur menjelaskan.
Advertisement
Krisis Air Bersih di Cilacap
Adapun di Cilacap, ada sekitar 77 desa di 13 kecamatan yang rawan krisis air bersih. Pada tahun 2015, saat terjadi kemarau panjang, sebanyak lebih 500 tangki air bersih dikirimkan ke desa-desa terdampak.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Cilacap, Martono mengatakan, krisis air bersih di Cilacap semakin meluas pada dua bulan pertama kemarau ini.
Pada 30 Juli 2018, sebanyak 66 tangki untuk 3.268 keluarga yang terdiri dari 12.419 jiwa di 15 desa delapan kecamatan telah didistribusikan. Selain tambahan Kecamatan Jeruklegi, kecamatan lainnya yang mendapatkan bantuan air bersih yakni Karangpucung, Adipala, dan Kampung Laut.
Sehingga, delapan kecamatan yang memperoleh air bersih yakni, Kawunganten, Bantarsari, Gandrungmangu, Patimuan, Jeruklegi, Adipala, Karangpucung, dan Kampung Laut.
Dia menjelaskan, krisis air bersih terjadi baik di wilayah pegunungan maupun dataran rendah. Di pegunungan, sumur warga dan sumber air mengering. Adapun di wilayah dataran rendah, air sumur warga berbau, berwarna, dan berasa asin lantaran intrusi air laut.
Untuk memenuhi permintaan air bersih dari desa-desa di Cilacap, BPBD juga bekerjasama dengan PDAM Tirta wijaya, PMI Cilacap, dan perusahaan swasta maupun milik negara dan daerah, melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
"Kita berkoordinasi dengan pihak terkait, dan juga perusahaan dengan dana CSR-nya," Martono menerangkan.
Â
Simak video pilihan berikut ini: