Kisah Anak dan Istri yang Tertinggal dalam Asal Nama Boyolali

Bukan berarti buaya, ini legenda asal muasal nama Boyolali yang jarang diketahui.

oleh Ramdania El Hida diperbarui 09 Okt 2018, 05:01 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2018, 05:01 WIB
Sambut Ramadan, Warga Boyolali Gelar Sadranan Selo Merapi
Warga berdoa di makam Desa Selo, Kabupaten Boyolali, Kamis (3/5). Tradisi ini Sebagai perayaan menyambut datangnya bulan ramadan, kemudian dilanjutkan makan bersama di pertigaan jalan desa. (Liputan6.com/Gholib)

Liputan6.com, Boyolali - Begitu mendengar nama Boyolali, sepintas terpikir artinya yakni buaya lupa. Lalu, khayalan menduga asal muasal nama kabupaten di Jawa Tengah ini dari cerita ada buaya yang lupa diri atau ada orang lewat, tetapi lupa kalau di lokasi yang dilewatinya hidup seekor buaya.

Namun, rupanya asal nama Boyolali ini jauh dari hewan pemangsa itu. Dari situs Pemkab, nama Boyolali belum disebutkan dalam cerita Babad Pengging Serat Mataram. Begitu pun pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, belum dikenal nama Boyolali.

Namun, diduga nama ini berkaitan dengan cerita Ki Ageng Pandan Arang (Bupati Semarang pada abad XVI)

Cerita bermula ketika Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk menyiarkan agama Islam.

Dalam perjalanannya dari Semarang menuju Tembayat, Ki Ageng banyak menemui rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan anak dan istri. Ketika berada di sebuah hutan belantara, beliau dirampok oleh tiga orang yang mengira beliau membawa harta benda.

Ternyata dugaan itu keliru, maka tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Salatiga. Perjalanan diteruskan hingga sampailah di suatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.


Batu Keramat

Sambut Ramadan, Warga Boyolali Gelar Sadranan Selo Merapi
Warga membawa makanan menuju makam Desa Selo, Kabupaten Boyolali, Kamis (3/5). Tradisi ini Sebagai perayaan menyambut datangnya bulan ramadan, kemudian dilanjutkan makan bersama di pertigaan jalan desa. (Liputan6.com/Gholib)

Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki Ageng beristirahat di sebuah batu besar yang berada di tengah sungai.

Ketika itu Ki Ageng berucap "Bayawis lali wong iki" yang dalam bahasa Indonesia artinya "Sudah lupa kah orang ini?".

Dari baya wis lali maka jadilah nama Boyolali. Batu besar yang berada di Kali Pepe yang membelah kota Boyolali diduga sebagai tempat beristirahat Ki Ageng Pandan Arang selama menunggu anak dan istrinya.

Belum ada penelitian mengenai sejarah batu ini. Begitu juga sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar Sunggingan Boyolali. Konon menurut masyarakat setempat batu ini merupakan tempat Nyi Ageng Pandan Arang beristirahat.

Ketika istirahat, Nyi Ageng mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi berlekuk-lekuk mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu).

Karena batu ini mirip dakon, masyarakat sekitar Pasar Sunggingan menyebutnya Mbah Dakon. Hingga sekarang, batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani mengusiknya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya