Polemik Spanduk Provokatif Jelang Sedekah Laut Cilacap

Sejumlah ormas dan kelompok mendesak agar spanduk provokatif yang muncul jelang sedekah laut Cilacap diturunkan.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 12 Okt 2018, 07:03 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2018, 07:03 WIB
Banner atau spanduk bernada provokatif muncul di Cilacap jelang sedekah laut Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Taufik H untuk Muhamad Ridlo)
Banner atau spanduk bernada provokatif muncul di Cilacap jelang sedekah laut Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Taufik H untuk Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Akhir-akhir ini masyarakat Cilacap resah oleh munculnya banner atau spanduk bernada provokatif menjelang gelar budaya sedekah laut Cilacap, Jawa Tengah.

Spanduk tersebut antara lain berbunyi, "Jangan Larung Sesaji Karena Bisa Tsunami", "Rika Sing Gawe Dosa, Aku Melu Cilaka" (Kamu yang berbuat dosa, saya ikut celaka), dan "Sedekah Karena Selain Allah Mengundang Azab Looh".

Selain itu, ada pula banner atau spanduk yang bertuliskan "Buatlah Program Wisata yang Allah Tidak Murka" yang mengatasnamakan Forum Islam Cilacap (FUI).

Sekretaris Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Cilacap, Hazam Bisri mengaku prihatin atas munculnya spanduk yang seolah tak menghargai budaya dan kebiasaan masyarakat yang sudah dilakukan secara turun-temurun ini.

Munculnya spanduk bernada provokatif ini justru membuat masyarakat luas akan berpersepsi bahwa Islam tak menghargai budaya yang sudah dilakukan turun-temurun. Karenanya, ia mengecam kelompok yang membuat dan memasang spanduk-spanduk ini.

"Atas nama PCNU saya ikut prihatin dan menyesalkan spanduk-spanduk provokatif itu. Itu akan menimbulkan menghilangkan simpati masyarakat terhadap ajaran Islam itu sendiri," ucap Hazam, Kamis sore, (11/10/2018).

Hazam menerangkan, NU berprinsip bahwa jika sebuah kegiatan tak bermaksud untuk mengubah akidah, maka hukumnya tetap diperbolehkan. Itu termasuk ritual gelar budaya sedekah laut yang sudah dilakukan turun-temurun oleh masyarakat nelayan.

"Spanduk ini menunjukkan bahwa kita, atau umat Islam, tidak apresiatif dan kurang menghargai terhadap beberapa budaya masyarakat yang sudah turun-temurun di Cilacap," jelasnya.

Menurut dia, dakwah pun tak mesti dilakukan dengan cara provokatif. Sebab, saat ini pun kelompok nelayan sudah memulai forum pengajian atau yasinan, dalam kelompok-kelompok kecil.

"Sekarang kelompok nelayan pun sudah banyak yang pengajian, yasinan. Malam Towong sedekah laut juga nanti diisi dengan doa-doa," jelasnya.

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Pegiat Keberagaman Minta Spanduk Provokatif Diturunkan

Banner atau spanduk bernada provokatif muncul di Cilacap jelang sedekah laut Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Taufik H untuk Muhamad Ridlo)
Banner atau spanduk bernada provokatif muncul di Cilacap jelang sedekah laut Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Taufik H untuk Muhamad Ridlo)

Hazam mengakui, sebelumnya ada kelompok tertentu yang mendesak agar Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cilacap meminta kepada Bupati Cilacap agar membatalkan sedekah laut. Akan tetapi, kelompok NU dan beberapa lainnya menolak desakan itu.

"Ada yang mendesak supaya dibatalkan. Tapi kita tolak," ujar Hazam yang juga Sekretaris MUI Cilacap ini.

Senada dengan Hazam, pegiat kerukunan beragama dan keberagaman Cilacap, Taufik Hidayatullah menyayangkan spanduk-spanduk bernada provokatif ini. Munculnya spanduk provokatif di tengah masyarakat yang toleran justru berpotensi memecah belah anak bangsa.

Sebab, di luar Islam, masih ada agama dan kepercayaan lain yang hidup di tengah masyarakat Indonesia, khususnya Cilacap. Menurut dia, kelompok-kelompok di luar Islam pun mesti dihargai sebagai wujud toleransi beragama.

"Menjaga perasaan bersama, terus menjaga potensi anak bangsa untuk tidak melakukan sesuatu yang berpotensi memecah belah sesama antar anak bangsa," ujar Taufik, yang juga bekas ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Cilacap ini.

Dia meminta agar spanduk bernada provokatif itu diturunkan. Sebab, spanduk tersebut berpotensi memecah belah masyarakat yang beragam.

Dia juga meminta, jika ada kelompok yang tak sepakat atau berbeda prinsip dengan gelar budaya sedekah laut, maka ketidaksepakatan tersebut bisa disalurkan melalui tabayun, atau diselesaikan di ruang diskusi.

"Saling menghormati, saling menghargai, kalau kemudian ada prinsip-prinsip yang berbeda, bertemulah di ruang diskusi secara sehat, jangan dengan show force seperti itu caranya," kata Taufik Hidayatullah.

Klarifikasi FUI Cilacap atas Spanduk Provokatif

Banner atau spanduk bernada provokatif muncul di Cilacap jelang sedekah laut Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Taufik H untuk Muhamad Ridlo)
Banner atau spanduk bernada provokatif muncul di Cilacap jelang sedekah laut Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Taufik H untuk Muhamad Ridlo)

Ketua Forum Umat Islam (FUI) Cilacap, Syamsudin mengakui, FUI memasang sejumlah spanduk atau banner mengenai sedekah bumi. Akan tetapi, dia menolak anggapan bahwa hal itu menunjukkan FUI menolak sedekah bumi.

Menurut dia, yang paling dipermasalahkan adalah kata Sedekah, yang berkonotasi dengan 'Sodaqoh' dalam agama Islam. Dia khawatir kata sedekah itu menimbulkan persepsi yang negatif lantaran sedekah laut adalah larung sesaji ke tengah laut.

"Saya tegaskan yang kami tolak bukan ritualnya. Karena kita pun menghormati kalau itu memang bagian dari ritualnya kelompok kepercayaan yang lain," Syamsudin menjelaskan kepada Liputan6.com.

Akan tetapi, rupanya temuan banner di lapangan tak sesuai dengan penjelasan Syamsudin. Sebab, di salah satu banner tertulis kalimat "Jangan Larung Sesaji Karena Bisa Tsunami".

Itu artinya, persoalan tak hanya berhenti pada kata Sedekah yang mula-mula dikemukakan Syamsudin. Sebab, larung sesaji pun digunakan dalam salah satu banner yang terpasang.

Soal ini, Syamsudin mengatakan bahwa sebagai kelompok muslim, FUI pun punya kewajiban untuk membentengi generasi mudanya dari syirik. Kalimat itu, menurut dia, lebih mengarah ke dalam umat Muslim, bukan kepada agama atau kepercayaan lainnya.

Syamsudin pun mengaku sejumlah banner atau spanduk yang bernada provokatif sudah diturunkan begitu muncul polemik di tengah masyarakat. Menurut dia, spanduk provokatif itu bukan lah konten yang sudah berizin.

"Sudah diturunkan, tapi saya tidak paham apa saja yang diturunkan," dia menambahkan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya