Kisah Heru dan Lamini, Guru Kehidupan Bagi Pengidap Gangguan Jiwa

Bertempat di Desa Paringan, Kecamatan Jenangan bapak 2 orang anak ini merawat 8 penderita ODGJ. Pasiennya berasal dari berbagai kota di Jatim, seperti Madiun, Magetan, Wonogiri, Trenggalek, dan Ponorogo sendiri.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 26 Nov 2018, 05:04 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2018, 05:04 WIB
Heru dan Lamini, Guru Kehidupan Bagi Pengidap Gangguan Jiwa
Heru dan Lamini, Guru Kehidupan Bagi Pengidap Gangguan Jiwa (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Ponorogo - Berawal dari banyaknya Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang tidak tertangani dengan baik, Heru Setiawan (50) dan istrinya Lamini (45) pun berinisiatif membuat rumah penampungan bagi para ODGJ di Ponorogo.

Siang ini, nampak beberapa penghuni rumah penampungan tengah beraktivitas. Ada yang memasak, menyapu, dan ada yang duduk sendirian. Ya, mereka adalah para ODGJ yang dirawat Heru dan istrinya.

"Kami sengaja merawat mereka karena kami iba," terang Heru saat ditemui di rumahnya, Minggu (25/11/2018).

Bertempat di Desa Paringan, Kecamatan Jenangan bapak 2 orang anak ini merawat 8 penderita ODGJ. Pasiennya berasal dari berbagai kota di Jatim, seperti Madiun, Magetan, Wonogiri, Trenggalek, dan Ponorogo sendiri.

Heru pun mendirikan bangunan layaknya asrama bagi para ODGJ. Ada 3 ruangan disini, masing-masing berukuran 3 x 2,5 meter dan menampung 8 penderita ODGJ. Mereka dipisahkan berdasarkan jenis kelamin. Disini mereka diajari untuk memenuhi kebutuhan dirinya secara mandiri. Mulai dari mandi, makan, memasak, dan cuci baju sendiri.

Heru dan Lamini mengabdikan dirinya menjadi guru kehidupan bagi para penghuni asrama.

"Kami sudah 28 tahun menjalani kegiatan ini," terang dia.

Menurutnya, tempat penampungannya ini baru dibangun. Awalnya para ODGJ ditempatkan bersebelahan dengan rumah milik keluarga Heru. Namun seiring berjalannya waktu, semakin banyak jumlah penghuninya membuat Heru berinisiatif membangun asrama.

Berasal dari sumbangan para donatur serta memanfaatkan para ODGJ pria yang sudah sembuh untuk membantu membuat batako, Heru pun mulai membangun asrama. Tidak hanya bangunan asrama, ia juga memagari asrama dengan tembok.

"Disini bukan rehabilitasi, tapi terapi. Kami ajari mereka untuk mandiri dan dibarengi dengan pengobatan," jelas dia.

Menurutnya, obat untuk para pasien bukan sembarangan. Tapi berasal dari dokter kejiwaan dari Dinas Kesehatan yang dipasok tiap bulannya. Dokter yang menangani segi kejiwaan sesuai prosedurnya, pasien jiwa yang masuk kesini terlebih dulu menjalani pemeriksaan kesehatan. Nantinya, dokter mendiagnosa jenis penyakitnya.

"Tapi di sini semua jenis Skizofrenia," tuturnya.

Rupanya, Heru juga punya cara unik biar para penghuni gangguan kejiwaaan mau minum obat. Sebab, kalau susah minum obat, maka sama saja memperlambat penyembuhan.

"Minum obatnya gampang-gampang susah. Kalau yang mau dikasih pil polos dibilang ini kayak permen, enak," terangnya.

Pihaknya wajib mencatat pula setiap perkembangan kejiwaan satu sama lain dari penghuni. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana upaya penyembuhan. Pencatatan itu disesuaikan dengan nama masing-masing.

"Saya itu iba, saya ikhlas merawat mereka. Saya juga bersyukur bisa merawat ODGJ itu kok saya kuat," jelas Lamini.

28 Tahun Merawat ODGJ

Heru dan Lamini, Guru Kehidupan Bagi Pengidap Gangguan Jiwa
Heru dan Lamini, Guru Kehidupan Bagi Pengidap Gangguan Jiwa (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Meski kelihatannya saat ini merawat ODGJ terlihat mudah, keduanya pun sempat mendapat pandangan sinis dari warga sekitar.

Mereka pun memaklumi keadaan tersebut, pasalnya warga takut jika ada penghuninya yang kabur dan berbuat onar di kampung. Akhirnya Heru pun berinisiatif membangun pagar mengelilingi sekitar bangunan yang dihuni oleh para ODGJ ini.

"Alhamdulilah semakin lama warga semakin bisa menerima," imbuhnya.

Mereka yang dinyatakan membaik, akan diajari pekerjaan. Tercatat dari pasien yang sudah membaik, bekerja di sejumlah tempat kerja.

Mulai dari mengurus kebun, membersihkan tempat para penghuni bahkan penghuni yang lama mampu memasak dan menyediakan makanan bagi penghuni baru.

Untuk proses kesembuhan lanjut dia, tiap pasien beda-beda waktu pemulihannya. Ada yang menahun dan hanya dirawat di rumah. Ada juga pasien yang lama tak sembuh-sembuh. Namun tim medis tak lelah memberikan dosis obat kepada mereka.

"Bahkan dua anak saya juga ikut merawat para penghuni, semoga ini jadi ladang amal bagi kami sekeluarga," katanya.

Terhitung sejak 28 tahun lalu, Heru dan istrinya sudah merawat puluhan ODGJ. Total ada 50 orang dan dinyatakan sembuh kembali beraktifitas normal layaknya warga pada umumnya. Heru pun meyakini jika para ODGJ ini dirawat dengan baik dan diberi pengertian tentu bisa kembali normal.

"Kami juga punya pengalaman yang tidak terlupakan, pernah ditendang, ditonjok. Tapi kami bersyukur masih sabar menghadapi mereka," pungkasnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya