Habib Luthfi, Selawat Nabi, dan Merah Putih

Rais Am Jamiyah Ahlu Thariqah al Mutabarah an Nahdiyah, Habib Luthfi bin Ali Yahya dari Pekalongan, mengajak kepada seluruh umat Islam untuk bersatu. Hormat Merah Putih bukan laku syirik.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 14 Des 2018, 01:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2018, 01:00 WIB
Habib Luthfi
Foto: Fajar Eko/ Liputan6.com

Liputan6.com, Brebes - Rais Am jamiyah Ahlu Thariqah al Mutabarah an Nahdiyah, Habib Luthfi bin Ali Yahya dari Pekalongan, mengajak kepada seluruh umat Islam untuk berselawat. Karena bila seluruh elemen masyarat berselawat, maka keberkahan akan datang. 

Rahmat yang paling indah, menurut Habib Luthfi, adalah saat berselawat bersama dan berdoa bersama 

"Dan Insyaallah keberkahannya akan menjaga kita di dunia dan di akhirat," ucap Habib Luthfi belum lama ini dalam tausiahnya di Saditan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Habib mengingatkan kepada masyarakat agar mensyukuri apa yang didapatkan, seperti ketika memakan nasi harus bersyukur dan berpikir bagaimana bisa terjadinya nasi di hadapan kita, sehingga jangan sampai menyia-nyiakan nasi walau hanya sebutir.

"Betapa para petani dengan kegigihannya menanam padi. Termasuk yang melakukan proses masak jangan cuma bisanya mengkritik. Alangkah indahnya menutupi kekurangan yang kita cintai. Bohong bilang cinta kalau masih membuka aib orang lain," tutur Habib Lutfhi

Habib juga mengajak menanamkan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Sebab, dengan berzikir kepada Allah SWT dan berselawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, akan diberikan keberkahan yang berlimpah. 

Habib juga menekankan kepada masyarakat agar memahami arti penting bela negara bagi nusa dan bangsa Indonesia. 

"Tanamkan dalam diri kita masing-masing bahwa NKRI harga mati dan bukan basa-basi. Suku budaya dan agama boleh berbeda tetapi Indonesia tetap bersatu. Ini saatnya umat Islam bersatu, jangan coba-coba memecah-belah Indonesia," tegasnya. 

Para pejuang mengorbankan jiwa dan raganya untuk merebut kemerdekaan. Untuk itu, wajib hukumnya menghormati bendera Merah Putih dan jangan mau diadu-domba. 

"Karena menghormati bendera Merah Putih bukan musyrik, karena menghormati bendera Merah Putih merupakan suatu penghargaan dan penghormatan kepada para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan bangsa Indonesia," kata Habib Luthfi

Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dilahirkan di Pekalongan pada hari Senin, pagi tanggal 27 Rajab tahun 1367 H yang bertepatan tanggal 10 November, tahun 1947 M.

 

Fakta Unik tentang Karya Habib Luthfi

Ada beberapa karya Habib Lutfi bin Yahya, antara lain:

1. Anwar al-Nujum : Kitab Tafsir Biografi Nabi, buku ini ditulis pada akhir tahun 1980-an atau awal tahun 1990-an. Dia mengatakan jika kitab “Anwar al-Nujum” ini belum selesai. Kitab ini secara umum memberikan penjelasan (tafsir) atas Qs. At-Taubah ayat 128.

Jumlah keseluruhan naskah dari kitab Anwar al-Nujum ditulis sebanyak 52 halaman, ditulis dalam bahasa Arab dengan corak aksara Arab Naskhi.

2. Buku berjudul Secercah Tinta Jalinan Hamba dengan Sang Pencipta, (Pekalongan: Menara Publisher, 2012).

Buku ini menjelaskan mozaik-mozaik tasawuf. Pembahasan pertama dimulai dengan keistimewahan Nabi Muhammad SAW, pengenalan kedudukan sahabat nabi, Syaidina Ali bin Abi Thalib, Sayyidah Fathimah, wasilah dzuriyyah Nabi SAW. 

Bab selanjutnya membahas tentang sekitar ahlus sunnah. Bab berikutnya baru membahas tentang Thariqoh, mengamalkan ajaran tasawuf dan lain-lain. Bab terakhir, beliau menjelaskan tentang Abdul Muthalib dan segala hal yang keterkaitannya dengan tasawuf.

Pendidikan sufistik Habib Lutfi adalah pendidikan syariat dengan tujuan tasawuf. Setiap orang yang belajar ilmu tasawuf harus melewati ilmu syariat atau yang dikenal dengan ilmu fiqih. Karena ilmu fiqih adalah dasar dari pendidikan tasawuf. Sedangkan pendidikan tasawuf adalah pendidikan yang mengatur iman, amal, Islam dan ihsan.

 

Pemikiran Sufistik Sang Habib

Habib Luthfi
Foto: Fajar Eko/ Liputan6.com

Tujuan pendidikan sufistik menurut Habib adalah untuk melatih diri dalam membersihkan jiwa dan hati (tazkiyatul qulub wa tazkiyatun nafs) sehingga dekat dengan Allah SWT dan Rasul-Nya.

1. Pemikiran Pendidikan Kesabaran

Pendidikan sabar, menurut Habib Luţfi, adalah sikap menahan diri dan membawanya kepada yang diperintahkan oleh syariat Allah SWT dan akal serta menghindarkannya dari apa yang dibenci keduanya.

2. Pemikiran Pendidikan Kezuhudan

Pendidikan zuhud, menurut Habib Lutfi, adalah suatu sikap yang tidak tergila-gila dan terpedaya oleh urusan dunia dan gemerlapnya. Seseorang yang berzuhud di tengah-tengah kenikmatan yang ada di dunia dan lebih menyibukkan dirinya dengan Sang Pemberi Nikmat. Ia memutuskan kenikmatan dan kelezatan dari dirinya agar tidak sampai disibukkan oleh nikmat tersebut, hingga melupakan Sang Pemberi Nikmat.

3. Pemikiran Pendidikan Kecintaan Kepada Allah SWT.

Habib Lutfi mengibaratkan pendidikan cinta kepada Allah SWT, bagaikan minyak dengan api, sehingga jika minyaknya semakin banyak, maka cahayanya akan semakin terang dan bertambah.

4. Pemikiran Pendidikan Ridha

 Ridha ialah menerima apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT kepadanya. Rela berjuang di jalan Allah SWT, rela menghadapi kesukaran, rela berkorban harta, pikiran, bahkan jiwa.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya