Toleransi di Kotagede: Ada Makam Warga Nasrani di Tengah Pemakaman Muslim

Ada banyak hal tak terungkap di balik kabar viral soal pemakaman Albertus Slamet Sugihardi. Salah satunya terkait toleransi.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Des 2018, 09:19 WIB
Diterbitkan 19 Des 2018, 09:19 WIB
Makam salib digergaji
Makam salib digergaji (Solopos.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Nisan berbentuk salib di makam Albertus Slamet Sugihardi dipotong warga RT 53 RW 13, Purbayan, Kotagede. Penampakannya jadi mirip huruf 'T'. 

Peristiwa tersebut kemudian menjadi buah bibir di dunia maya. Kabar tersebut viral dan menimbulkan syak wasangka banyak orang.  Belakangan, terkuak sejumlah fakta di baliknya.

Peristiwa tersebut diawali kabar duka meninggalnya Albertus Slamet Sugihardi pada Senin 17 Desember 2018 sekitar pukul 08.00 di RS PKU Muhammadiyah. Mendiang Slamet, sapaan akrabnya, dimakamkan di pemakaman Jambon, Purbayan sekitar pukul 13.00 WIB.

Pihak keluarga memasang nisan berbentuk salib dari kayu. Tindakan tersebut ditolak Bedjo, tokoh masyarakat setempat bersama sejumlah warga. Alasannya, simbol agama Kristiani tersebut tak elok dipasang di blok pemakaman muslim. 

Bedjo dan warga setempat tidak menolak pemakaman Slamet. Namun, mereka meminta syarat. Salah satunya adalah tak ada  simbol agama di makam tersebut. 

"Dibolehkan dimakamkan di sana dengan syarat. Syaratnya tidak boleh ada simbol-simbol Nasrani dan makam berada di pinggir area," ujar Bedjo.

Bedjo membantah tudingan bahwa masyarakat Purbayan intoleran.  Ia mengatakan, warga sekitar turut membantu proses pemakaman Slamet. Orang-orang, dari berbagai latar belakang keyakinan juga melayat ke rumah duka.

Secara terpisah, Ketua RW 13, Kelurahan Purbayan, Kotagede, Slamet Riyadi mengungkapkan, dalam prosesi pemakaman, warga ikut membantu keluarga mendiang Albertus Slamet Sugihardi. 

Dia menambahkan, bantuan yang diberikan warga di antaranya adalah meminjamkan sound system, ikut mendirikan tenda untuk pelayat, bahkan juga ikut membantu kelancaran prosesi pemakaman.

Bahkan, Slamet Riyadi menambahkan, saat keluarga tengah berada di RS PKU Muhammadiyah untuk mengurus jenazah Albertus Slamet Sugihardi, warga justru sudah di rumah duka dan mempersiapkan keperluan pemakaman.

 

Mendiang Slamet Akrab dengan Warga

Slamet Riyadi juga menuturkan, tak ada masalah antara mendiang Albertus Slamet Sugihardi  dengan warga di sekitar. 

Mendiang Slamet adalah sosok yang memiliki jiwa sosial tinggi. Dalam bermasyarakat pun, ia kerap ikut pertemuan warga dan kerja bakti.

Makam Albertus Slamet Sugihardi merupakan makam non-muslim satu-satunya di pemakaman Purbayan yang mayoritas muslim.

Slamet Riyadi menambahkan, itu sebenarnya merupakan wujud toleransi yang sesungguhnya. Tidak ada kehebohan seperti informasi yang berseliweran di media sosial

"Sebenarnya masalah muncul ketika viral di media sosial. Pihak keluarga sudah menerima dan tak keberatan dengan pemotongan nisan itu, perwakilan dari Gereja Pringgolayan juga ikut berembug waktu itu dan tak mempermasalahkan," ungkap Slamet Riyadi.

Warga Purbayan, kata Slamet Riyadi, juga tak mempunyai masalah dengan pihak keluarga mendiang. 

 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya