Keramat Barongsai dan Perayaan Imlek di Serambi Makkah

Perayaan Imlek di Banda Aceh kali ini dipusatkan di sejumlah titik. Pertunjukan barongsai digelar di beberapa tempat dari pagi hingga malam, di antaranya, di Gereja Hati Kudus dan Vihara Buddha Sakyamuni.

oleh Rino Abonita diperbarui 06 Feb 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2019, 21:00 WIB
Imlek di Banda Aceh
Perayaan Imlek di Banda Aceh (Liputan6.com / Rino Abonita)

Liputan6.com, Banda Aceh - Tabuhan gendang, tambur, dan simbal mengiringi gerak rampak para penari. Orang-orang terlihat antusias menonton, sesekali tergelak, dan tidak sedikit pula yang bertepuk tangan.

Barongsai kuning tampak unjuk kebolehan. Sang Singa Selatan itu berdiri tegak, dan kaki penari tampak menggantung beberapa saat, mengayuh angin, lalu kembali menghantam lantai.

Gerakan-gerakan yang ditunjukkannya terlihat lincah dan atraktif. Tabuhan alat musik yang terdengar bertenaga menambah kemeriahan.

Barongsai kuning bergerak mendekat. Kepalanya naik turun, matanya mengedip manja, jalannya terlihat mengendap lambat, dan pada satu titik membungkuk, tepat di depan pintu Gereja Katolik Hati Kudus di mana seorang pastor ditemani dua suster sudah menunggu.

Pastor menyelipkan angpau ke mulut barongsai yang terbuka. Semuanya tampak tersenyum lega, lalu kemeriahan berlanjut, diiringi tabuhan alat musik, dan tentu saja, angpau yang banyak.

Begitulah terlihat pada perayaan Imlek di Banda Aceh, Selasa, 5 Februari 2019. Perayaan Imlek tahun 2570 ini dimeriahkan tarian barongsai dari Lion Dance Club binaan Yayasan Hakka Aceh.

Perayaan Imlek di Banda Aceh kali ini dipusatkan di sejumlah titik. Ketua Yayasan Hakka Aceh, Kho Khie Siong, menyebut untuk pertunjukan barongsai digelar di beberapa tempat dari pagi hingga malam, di antaranya di Gereja Hati Kudus, Wihara Buddha Sakyamuni, dan sebuah hotel sebagai puncaknya.

Salah satu yang semangat mengikuti perayaan Imlek di negeri berjuluk Serambi Makkah itu adalah Sheilisa. Imlek kali ini, jemaat metodhist kelahiran Banda Aceh itu berharap, persatuan selalu terjaga dalam warna keberagaman.

"Kita di gereja tetap ada ibadah sih tadi. Memang, Imlek itu identik dengan tradisi Konghucu, dan yang disorot di wihara. Di Imlek tahun ini, melalui keberagaman ini, kita dapat mempererat persatuan," kata perempuan Tionghoa yang berasal dari komunitas Hakka ini, kepada Liputan6.com, Selasa malam, 5 Februari 2019.

Imlek, Barongsai, dan Iblis

Perempuan bernama panjang Sheilisa Pieter itu menuturkan, Imlek pada dasarnya merupakan tanda masuknya musim semi. Berbeda dengan Imlek di tahun 2018 atau 2569, yang merupakan tahun "anjing tanah", berdasarkan siklusnya, tahun ini adalah tahun "babi tanah".

Tahun baru Imlek 2570 dimulai Selasa, 5 Februari 2019 dan berakhir pada Jumat, 24 Januari 2020. Dalam astrologi China yang ditetapkan Dinasti Han pada kalender lunar China, unsur tanah menjanjikan keberuntungan dan berkat.

Perayaan Imlek tidak terlepas dari barongsai. Adakalanya, barongsai ditampilkan bersama liong atau naga, serta ditemani seorang badut, kecuali pada saat atraksi tonggak.

Kesenian barongsai mulai populer pada tahun 420-589 Masehi. Disebutkan, barongsai pertama kali dibuat oleh seorang panglima perang pasukan Raja Song Wen untuk menakuti dan mengusir pasukan gajah Fan Yang dari negeri Lin Yi.

Menurut Sheilisa, berdasarkan sejarahnya, barongsai juga digunakan untuk mengusir roh jahat dari desa. Warga akan berpakaian serba merah, lalu beramai-ramai menabuh sesuatu seperti bunyi musik pengiring barongsai saat ini.

"Supaya si roh jahat tidak bisa memasuki desa," tutur Sheilisa.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya