Bali - Bayi tanpa anus dan kelamin asal Bangli, Bali, akhirnya menghembuskan napas terakhir. Bayi 7 bulan yang diberi nama Made Bima Sastra itu meninggal dunia pada 7 Februari 2019 usai mendapat perawatan dua hari di RSUP Sanglah.
Kini sepeninggal anaknya, kedua orangtua bingung membayar utang ongkos perawatan anaknya di rumah sakit.
Baca Juga
Suasana duka menyelimuti kediaman pasangan petani sederhana di Dusun Masem Dwi Tirta, Desa Batur Selatan, Kintamani, , Jumat (8/2). Komang Budayasa dan Luh Budiasih, tertegun.
Advertisement
Lambat laun, Luh Budiasih mau bercakap-cakap. Walau masih tampak lemas dengan raut wajah sayu, ia pun menuturkan perihal kepergian putra keenamnya itu.
Bima Sastra meninggal akibat batuk disertai pilek dan sesak. Terakhir juga diketahui ada kelainan darah dan infeksi jantung, hingga menyebar ke otak. Luh Budiasih tentu terpukul, mengingat buah hatinya tampak sehat dan jarang menangis sebelum ajal. Jenazah bayi tersebut sudah dimakamkan, Kamis malam (7/2).
"Sebelumnya dibawa ke rumah sakit kota (Bangli). Katanya tidak apa-apa karena tidak ada sakit. Tapi setelah itu dirujuk ke Sanglah karena drop. Tapi di Sanglah balik ceria. Sekitar jam 2 (dini hari) kondisinya drop lagi sampai tidak sadar," ucapnya penuh lirih seperti dikutip laman JawaPos.
Segala upaya telah dilakukan. Namun pihak RSUP Sanglah menyatakan bayi Sastra tidak dapat diupayakan selamat, lantaran kesadarannya semakin turun. Saat itu, Budiasih dan suaminya hanya bisa berdoa memohon agar anaknya diberi kesembuhan.
"Tiang (saya) kepingin anak saya sehat, bisa saya ajak menjalani hidup susah. Tapi akhirnya (keadaan) begini yang saya terima. Kalau misalnya sakitnya itu bisa ditukar, saya rela menanggung sakit anak tiang (saya) daripada anak tiang masih kecil menanggung sakit seperti itu," kata Budiasih seraya menangis sesenggukan.
Beruntung saat itu banyak kerabat dan saudara mau membantu. Mereka urunan untuk dapat memberi sumbangan modal pengobatan Bima Sastra. Keluarga juga luntang-lantung ke tiap koperasi untuk pinjam uang.
Rencananya, bayi Sastra akan menjalani operasi pengadaan alat kelamin. Itu baru dilakukan setelah menunggu usia bayi sampai 5 tahun. Ketahanan fisik juga menjadi pertimbangan tim medis enggan melakukan operasi dini.
Wanita yang keseharian mengurus rumah tangga itu menangis ketika ingat proses persalinan, Juni 2018 lalu. Dia tak kuasa menahan air mata tatkala melihat buah hati lahir dalam keadaan usus terburai tanpa anus dan kelamin.
"Kalau diingat terus memang sakit hati. Yang paling sedih kan ganti kantong penampung kotoran. Karena tim dokter membuatkan lubang di samping perut. Itu terus diganti maksimal lima hari. Kalau salah pasang bisa dipakai dua hari saja karena bocor terus," terangnya.
Biaya untuk mengganti kantong terbilang mahal. Budiasih mengaku menghabiskan Rp 200 ribu untuk membeli kantong penampung kotoran di Sanglah. Belum lagi biaya transport bolak-balik dari Kintamani ke Denpasar untuk membeli kantong itu. "Di Bangli memang belum ada. Masih dicari di RS Sanglah saja."
Kini, pasangan suami istri kurang mampu ini hanya bisa pasrah. Ia harus fokus bagaimana cara untuk melunasi utang-utang. "Saya masih punya utang Rp 6 juta. Kalau suami juga ikut pinjam uang dulu Rp 12 juta di mana-mana," aku wanita 30 tahun itu.
Dirinya berharap, Dinas Sosial Bangli dapat memberi bantuan kepada keluarganya. Baik berupa sembako maupun biaya sekolah ketiga putrinya yang masih kecil. Dia mengaku sempat tak menyekolahkan anaknya. Biaya yang dipakai sekolah sudah jadi dana talangan saat Bima Sastra menjalani perawatan di rumah sakit maupun rawat jalan.
"Apapun yang diberikan, tiang sangat berharap. Yang penting pemerintah bantu keluarga tiang pulih," katanya.
Baca juga berita Jawapos.com lainnya di sini.
Simak juga video pilihan berikut ini: