Liputan6.com, Yogyakarta - Tim peneliti dari Fakultas Teknik UGM berinisial menciptakan mesin pencacah plastik. Berbeda dengan mesin pencacah yang sudah ada, penemuan UGM ini masih miliki keunggulan berdaya rendah.
Mesin pencacah plastik UGM hanya berdaya dua sampai lima horsepower (hp), sedangkan mesin serupa di pasaran berdaya tujuh sampai 10 hp. Satu hp setara dengan 745,7 watt.
Advertisement
Baca Juga
Inovasi ini lahir dari tim yang digawangi oleh Muslim Mahardika, Nizam, Rachmat Sriwijaya, Sigiet Haryo Pranoto, dan Fajar Yulianto Prabowo. Mereka mengembangkan mesin pencacah kantong plastik sejak awal 2018.
Pembuatan mesin itu sebenarnya untuk memenuhi permintaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang membutuhkan bahan plastik sebagai bahan campuran aspal untuk pembangunan ruas jalan. Saat ini mesin telah diproduksi secara massal oleh salah satu badan usaha milik negara yakni PT. Barata Indonesia.
Mesin dibuat dari enam komponen utama, yaitu tempat penampung hasil cacahan plastik kresek (hopper), motor listrik, roda gila (fly wheel), belt, poros, serta pisau statis dan pisau dinamis. Sebagian besar komponen mesin memanfaatkan bahan lokal.
Bentuk mesin dibuat tidak jauh berbeda dengan mesin yang ada di pasaran. Panjang mesin satu meter, tinggi 1,7 meter, dan lebar satu meter.
"Ukuran cacahan plastik kresek juga bisa disesuaikan kebutuhan," ujar Muslim, Kamis (14/2/2019).
Ukuran cacahan bisa diatur mulai dari satu sampai empat milimeter, sementara pada mesin pencacah plastik di pasaran biasanya hanya menghasilkan ukuran sekitar 0,5 sentimeter.
Desain Sederhana
Mekanisme kerja mesin ini menggunakan motor listrik AC yang ditransmisikan menggunakan fan belt untuk memutar poros pisau untuk mencacah plastik dengan roda gila. Kecepatan putar mesin berkisar antara 400 sampai 1000 rpm.
"Mesin didesain secara sederhana sehingga mudah untuk dioperasikan," ucap Muslim.
Tim peneliti mengembangkan mesin pencacah kresek menjadi tiga tipe berdasarkan kapasitas cacahan sampah plastik, meliputi, kapsitas kecil 10 sampai 20 kilogram per jam, kapasitas sedang 20 sampai 30 kilogram per jam, dan kapasitas besar 40 sampai 50 kilogram per jam.
Ia berharap inovasi ini mampu mendukung upaya pemerintah dalam mengatasi sampah plastik serta mendorong pengelolaan sampah plastik yang lebih baik di masa depan.
Menurut Muslim, tingginya penyebaran sampah plastik masih menjadi persoalan serius yang dihadapai Indonesia. Bahkan data Jambeck (2015) menempatkan Indonesia sebagai negara terbesar kedua penghasil sampah setelah Cina.
"Kontribusi plastik dari masyarakat cukup tinggi, sehari-hari masih bergantung pada plastik," kata Muslim.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement