Menilik Kandang Ayam Tertutup Pertama di Indonesia Milik UGM

Kandang ayam tertutup buatan Fakultas Peternakan UGM ini menjadi yang pertama di Indonesia. Seperti apa?

oleh Switzy Sabandar diperbarui 25 Apr 2019, 04:00 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2019, 04:00 WIB
kandang tertutup
Kandang ayam tertutup atau closed house milik Fakultas Peternakan UGM menjadi kandang tertutup pertama bersandar internasional yang dimiliki oleh perguruan tinggi di Indonesia (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta Kandang ayam tertutup milik Fakultas Peternakan UGM menjadi kandang tertutup pertama bersandar internasional yang dimiliki perguruan tinggi di Indonesia. Research Farm ini merupakan hasil kerja sama antara PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) dengan UGM dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengembangan industri peternakan.

Kandang ayam tertutup itu dibangun di areal kompleks Fakultas Peternakan UGM. Ruangan berukuran 8x24 meter persegi ini dibagi menjadi 48 replikasi dengan ukuran 1,25x2 meter. Setiap replikasi berkapasitas 32 ekor ayam.

"Kandang tertutup adalah teknologi yang diadopsi oleh research farm ini, teknologi yang sudah banyak digunakan di negara-negara lain untuk meningkatkan produktivitas ayam broiler," ujar Ferry Poernama, Adjunct Professor Fakultas Peternakan UGM sekaligus Headset of Technology and Nutrition JAPFA di sela-sela peresmian kandang tertutup, Selasa (23/4/2019).

Ia menyebutkan ayam yang dipelihara dengan kandang tertutup akan menghasilkan bobot 200 gram lebih berat dalam 35 hari ketimbang ayam di kandang terbuka atau konvensional. Sebab, temperatur suhu dan kecepatan angin di dalam kandang tertutup lebih stabil.

Untuk kandang tertutup, temperatur suhu ruangan diatur di kisaran 32 sampai 33 derajat Celcius, kecepatan angin 3,2 meter per detik, serta kelembaban yang baik berada di 60 sampai 70 persen. Namun, untuk negara tropis seperti di Indonesia, soal kelembaban sulit dikontrol sehingga cukup dipastikan tidak terkena panas.

Selain, menghasilkan bobot daging yang lebih berat, ayam yang dipelihara di kandang tertutup juga lebih irit dalam pakan. Suhu dan angin yang stabil membuat ayam tidak mengeluarkan banyak kalori.

"Berbeda dengan ayam di kandang terbuka cenderung makannya banyak tetapi tidak jadi daging karena kena panas sinar matahari, kalori ayam terbakar," ucap Ferry.

Meskipun demikian, Ferry tidak menampilkan jika investasi untuk ayam di kandang tertutup lebih mahal di awal ketimbang kandang terbuka, yakni berada di angka Rp 65.000 sampai Rp 85.000 per ekor. Sementara, ayam di kandang tertutup berkisar Rp 25.000 sampai Rp 45.000 per ekor.

"Memang kandang tertutup butuh modal lebih besar di awal, tetapi jika sudah berjalan bisa lebih efisien dan efektif dalam meningkatkan produktivitas ayam menjadi 80 gram," kata Ferry.

 

Kerja Sama Lebih dari Satu Dekade

kandang tertutup
Kandang ayam tertutup atau closed house milik Fakultas Peternakan UGM menjadi kandang tertutup pertama bersandar internasional yang dimiliki oleh perguruan tinggi di Indonesia (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Kerja sama antara UGM dengan JAPFA sudah berjalan lebih dari satu dekade. Program yang diinisiasi oleh JAPFA ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menunjang inovasi di bidang peternakan.

Pada 2003, keduanya membangun Teaching Farm. Selanjutnya, pada 2017 mereka kembali bekerja sama membangun Laboratorium Pasca Panen dengan kapasitas 20.000 ekor ayam per hari.

Research Farm berkonsep closed house diharapkan dapat menjadi penunjang penelitian dan pengembangan di bidang peternakan. Kandang ini diperuntukkan bagi mahasiswa S1 sampai S3 yang meneliti budidaya ayam.

Penelitian bisa dilakukan dari berbagai aspek, mulai dari teknologi, SDM, nutrisi, pakan, air minum, vaksinasi, sampai akses bisnis. Selama lima tahun terakhir JAPFA juga aktif berkolaborasi dalam penelitian dengan Fakultas Peternakan UGM yang telah mebelurkan puluhan mahasiswa pascasarjana dan doktor.

"Peningkatan kualitas pendidikan sebaiknya tidak hanya didukung oleh pemerintah, melainkan juga industri dan segenap elemen masyarakat," ujar Panut Mulyono, Rektor UGM.

Ia berharap, kerja sama yang sudah terjalin ini juga bisa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya