Liputan6.com, Kendari - Seekor anoa betina di wilayah Tanjung Batikolo, Desa Bangun Jaya Kecamatan Lainea, mengejutkan warga, Minggu (21/7/2019). Hewan nocturnal (aktif malam hari) itu, terjebak di sekitar kebun milik petani.
Jenis yang ditemukan, merupakan anoa dataran tinggi. Tubuhnya berukuran lebih kecil dan berwarna lebih terang. Anoa merupakan hewan endemik langka yang sudah sangat jarang terlihat. Hewan ini, diakui dunia merupakan hewan asli Sulawesi.
Advertisement
Baca Juga
Ukuran ini, menjadi pembeda dengan jenis anoa dataran rendah ukuran tubuhnya bisa sebesar anak sapi. Ciri anoa dataran rendah lainnya, memiliki warna lebih gelap.
Anoa yang terjebak jerat petani itu, diperkirakan masih berusia dibawah 1 tahun. Berwarna coklat terang dan berjenis kelamin betina. Kakinya terikat dan berusaha melepaskan diri saat mencium kehadiran manusia disekitarnya. Saat didekati warga, ternyata kaki kirinya mengalami cedera. Diduga karena berusaha melepaskan diri dari ikatan tali nilon.
Abdul Johan (59), petani yang menemukan anoa ini pertama kali, awalnya tak menyangka bakal mendapatkan anoa. Sebab, jerat ini untuk sapi-sapi liar yang biasa mengganggu kebunnya.
"Saya sudah tahu hewan ini langka. Awalnya saya mau pelihara, tapi lebih baik diserahkan ke pihak kehutanan," ujar Abdul Johan.
Sehari setelah ditemukan, Anoa dievakuasi pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara. Kini, anoa yang bernama latin buballus sp itu, disimpan di kandang khusus BKSDA.
Galak
Anoa dikenal hewan yang galak dan sulit dijinakkan. Apalagi saat ditangkap sudah berusia diatas 1 atau 2 tahun. Fakta lainnya, beruntung bisa melihat anoa secara langsung di wilayah hutan Sulawesi Tenggara. Jika bukan anoa yang lari, maka bisa dipastikan warga yang akan dikejar hingga lari terbirit-birit.
Saat akan diperiksa dokter hewan, Selasa (23/7/2019), butuh hingga 5 petugas BKSDA untuk menaklukkan anoa. Itupun hanya untuk mengikat dan menutup kepala anoa agar bisa diberikan suntikan antibiotik.
Sejumlah petugas kehutanan juga terlihat sedikit panik ketika hewan ini membuat gerakan tambahan. Semua waspada, meskipun anoa sudah terikat di dalam kandang.
Dokter hewan yang menangani, drh Putu Natakusuma mengatakan, masih ada kemungkinan bayi anoa ini bisa dijinakkan. Hal ini bisa terjadi, jika hewan ini terus didekati setiap hari.
"Jika sudah merasa dekat, dia akan mengira orang lain sebagai induknya. Kemungkinan untuk jinak masih ada," ujar Putu Natakusuma.
BKSDA mesti menjauhkan sampah plastik selama anoa berada di kandang. Sebab, jika merasa lapar, plastik pun akan dikunyah.
"Dia jenis hewan pemamah biak, bisa makan sepanjang hari," ujarnya.
Dengan perawatan yang baik, anoa yang ditemukan warga bisa pulih selama 2 minggu. Untuk penyembuhan luka, biasa diatas 3 hari.
"Kukunya juga terkelupas, mungkin perlu istirahat selama beberapa lama sebelum dilepas ke alam bebas," ujarnya.
Simak video pilihan berikut:
Advertisement
Ada 5 Ekor
Selama 2 tahun, sejak 2017-2018, tercatat hanya 5 ekor anoa yang muncul. Hal ini terpantau dari camera trap yang dipasang pihak BKSDA Sultra pada 2 kabupaten.
Keduanya yakni, Kabupaten Buton Utara dan Kabupaten Konawe Selatan. Di kabupaten Buton Utara, ada dua site (lokasi), site Ereke dan Labuan.
Sedangkan di kabupaten Konawe Selatan, ada dua site. Site tanjung Tambeanga dan Tanjung Peropa di Kecamatan Laonti.
"Ada 20 kamera yang kami miliki pada 4 site yang ada, selama 2 tahun ini ada 5 ekor saja yang terlihat melintas," ujar Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sulawesi Tenggara, La Ode Kaida.
Kata dia, anoa merupakan hewan yang memiliki indera penciuman yang tajam. Jika ada manusia yang lewat di jalurnya, anoa akan menghindar dalam waktu lama.
"Pada 2017 hanya 3 ekor yang muncul di kamera, pada 2018 hanya ada dua ekor," ujar La Ode Kaida.
Hingga saat ini, belum ada data pasti soal jumlah anoa yang masih tersisa. Prediksi sementara, hanya ada sekitar 40 ekor dari dua kabupaten.
"Itu masih sementara, belum ada jumlah yang pasti," pungkas La Ode Kaida.