Pekanbaru Tetapkan Status Siaga Darurat Bencana Kabut Asap

Pemerintah Kota Pekanbaru menetapkan status siaga darurat bencana kabut asap.

oleh M Syukur diperbarui 06 Agu 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2019, 17:00 WIB
Suasana Pekanbaru di Jalan HR Soebrantas yang diselimuti kabut asap kebakaran lahan.
Suasana Pekanbaru di Jalan HR Soebrantas yang diselimuti kabut asap kebakaran lahan. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Sudah sepekan kabut asap kebakaran lahan dari sejumlah daerah di Riau menyelimuti Pekanbaru. Ribuan orang terserang penyakit saluran pernapasan akut atau ISPA dan membuat pemerintah setempat berencana meliburkan sekolah kalau asap tak kunjung berkurang.

Selain itu, Pemerintah Kota Pekanbaru juga menetapkan status siaga darurat bencana kabut asap. Dengan ini, sudah ada sembilan kabupaten dan kota di Riau menetapkan status serupa karena kebakaran lahan belum teratasi.

Menurut Sekretaris Daerah Kota Pekanbaru HM Noer, status ini dimulai Senin siang, 5 Agustus 2019, dan berlangsung hingga Oktober 2019. Selain kabut asap, kemarau kering sehingga memudahkan terpicunya kebakaran lahan juga menjadi pertimbangan.

"Poskonya ada di Dinas Pemadam dan Kebakaran Pekanbaru. Penetapan status ini untuk meningkatkan kerjasama lintas instansi menangani kabut asap dan Karhutla," katanya kepada Liputan6.com.

Terpisah, Wali Kota Pekanbaru Dr Firdaus berharap kabut asap saat ini tidak seburuk seperti kejadian tahun 2014 dan 2015. Kala itu, Pekanbaru menjadi daerah paling parah terpapar asap meski tingkat kebakaran lahannya rendah.

"Pekanbaru tidak memproduksi asap tapi mendapat kiriman asap dari daerah tetangga. Tahun ini juga, kabut asap dari daerah lain terbawa angin ke Pekanbaru, apalagi berada di dataran rendah," sebut Firdaus.

Firdaus berharap Satgas Karhutla Riau dengan bantuan dari tim pusat bisa memadamkan api. Sementara bagi masyarakat, dia menghimbau mengurangi aktivitas di luar karena kabut asap belum hilang.

"Kualitas udara kurang baik, jika tidak penting kali jangan keluar. Kesehatan anak-anak mohon diperhatikan," imbuh Firdaus.

Kiriman Tetangga

Kebakaran lahan yang mengepulkan asap dipantau dari udara.
Kebakaran lahan yang mengepulkan asap dipantau dari udara. (Liputan6.com/M Syukur)

Sementara Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Burhan Gurning menjelaskan, penanganan kabut asap dan kebakaran lahan di Pekanbaru harus intensif mengingat statusnya sebagai ibu kota provinsi.

Dia menjelaskan, di Pekanbaru dalam sepekan ini juga terjadi kebakaran lahan. Titik terbanyak ada di Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Payung Sekaki tapi belum menyumbangkan kabut asap.

"Kabut asap saat ini merupakan kiriman dari daerah tetangga. Saat ini, kami kekurangan personel, dengan status ini bisa dikoordinasikan dengan Polresta dan Kodim," jelas Burhan.

Dengan penetapan ini, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Muhammad Amin menyebut penanganan dampak asap lebih terkoordinasi. Pihaknya juga lebih intensif memantau penyakit dampak asap seperti asma, paru-paru, jantung dan iritasi mata.

Terkait meliburkan sekolah, dia menyebut perlu dirapatkan bersama instansi lain dengan mempertimbangkan beberapa hal. Di antaranya kualitas udara di Pekanbaru setelah terpapar asap selama sepekan.

"Dari laporan kualitas udara di bawah 70 atau masih sedang, tapi kalau setiap hari menghirup udara seperti itu tidak baik juga, terutama untuk bayi, ibu hamil dan lansia," kata Amin.

Amin mengaku sudah menggelar rapat dengan seluruh kepala Puskesmas di Pekanbaru. Rapat menekankan tentang persiapan tindakan yang diambil untuk menangani masyarakat terdampak kabut asap.

"Puskesmas harus standby dan ready, disiapkan tabung oksigen dan ruangan evakuasinya. Sudah ada 21 Puskesmas dan satu rumah sakit, yaitu Madani," ucap Amin.

Rumah sakit swasta juga akan dimintai partisipasi dalam menampung masyarakat terdampak kabut asap. Setidaknya ada 30 rumah sakit disurati atas nama Wali Kota Pekanbaru Dr Firdaus.

Titik Panas Bertambah

Bagi-bagi masker kepada anak sekolah di Pekanbaru supaya tak terpapar kabut asap.
Bagi-bagi masker kepada anak sekolah di Pekanbaru supaya tak terpapar kabut asap. (Liputan6.com/M Syukur)

Sementara itu, titik panas sebagai indikasi kebakaran lahan di Riau belum menunjukkan berkurang. Sejak Selasa pagi, Riau berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru ada 75 titik panas.

Menurut Staf BMKG Sanya Gautami, Rokan Hilir paling banyak terdapat titik panas, yaitu 24. Selanjutnya Pelalawan dengan 17 titik panas, Indragiri Hilir 15 titik dan Siak 9 titik.

"Berikutnya Bengkalis dan Kampar, masing-masing 3 titik, Kepulauan Meranti 2 titik, Kota Dumai dan Kuansing, masing-masing 1 titik. Kota Pekanbaru tidak terdeteksi titik panas," kata Sanya.

Dari 75 titik panas itu, tambah Sanya, yang dipercaya sebagai titik api ada 53 titik dengan level kepercayaan di atas 70 persen. Titik api itu terdeteksi di Rokan Hilir sebanyak 19 titik, Pelalawan 17 titik dan Indragiri Hilir 15 titik.

"Selanjutnya Siak ada 9 titik api, Bengkalis dan Kampar masing-masing 2 titik api. Untuk jarak pandang, di Pekanbaru 2 kilometer karena asap, lalu di Kota Dumai 3 kilometer karena kabut asap," terang Sanya.

Sebagai informasi, hingga Selasa, 6 Agustus 2019, tercatat sudah 1298 warga Pekanbaru terserang ISPA. Rinciannya usia 0-1 tahun 74 orang, 1-4 tahun 287 orang, 5-14 tahun 372 orang dan di atas 15 tahun 565 orang.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya