Yuk Sadar, Mau Sampai Kapan Kabut Asap Selimuti Riau?

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letnan Jenderal Doni Monardo menyatakan penanganan kebakaran lahan dan hutan di Riau belum optimal.

oleh M Syukur diperbarui 04 Agu 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2019, 09:00 WIB
Petugas memadamkan kebakaran lahan di Pelalawan agar tidak meluas dan menimbulkan bencana kabut asap.
Petugas memadamkan kebakaran lahan di Pelalawan agar tidak meluas dan menimbulkan bencana kabut asap. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Kebakaran hutan dan lahan di Riau tak kunjung usai meski ribuan petugas sudah dikerahkan memadamkan api. Tiap hari, titik panas sebagai indikasi kebakaran lahan malah bermunculan di berbagai kabupaten dan memproduksi kabut asap.

Berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru pada Sabtu, 3 Agustus 2019, ada tiga wilayah di Riau diselimuti kabut asap yaitu Kita Dumai, Pekanbaru, dan Pelalawan.

Jarak pandang di sana hanya empat kilometer.

Hal ini membuat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Doni Monardo menggelar rapat evaluasi Satgas Karhutla Riau di Lanud Roesmin Nurjadin.

Dia pun menyatakan penanganan kebakaran di Bumi Lancang Kuning belum optimal.

"Hingga hari ini, Riau masih menjadi tempat penghasil asap. Kita berharap masyarakat yang menjadi pembakar secara suka rela tidak terlibat lagi," kata Doni kepada Liputan6.com.

Doni menjelaskan, sudah ada 18 helikopter dikerahkan mengatasi kebakaran lahan di Riau. Jumlah itu diperkuat pula 1.512 petugas gabungan TNI, Polri, Manggala Agni, BPBD, dan lainnya.

Karena belum optimal, Doni meminta helikopter pemadaman di Palembang, Sumatra Selatan, dialihkan ke Pekanbaru untuk sementara. Untuk bantuan pasukan darat, Doni akan didatangkan jika Satgas Karhutla Riau meminta.

"Pemadaman kebakaran lahan sepenuhnya diserahkan ke Satgas Karhutla Riau, jika butuh bantuan akan didatangkan," tegas Doni.

Perubahan Pola

Petugas memadamkan kebakaran lahan di Pelalawan agar tidak meluas dan menimbulkan bencana kabut asap.
Petugas memadamkan kebakaran lahan di Pelalawan agar tidak meluas dan menimbulkan bencana kabut asap. (Liputan6.com/M Syukur)

Berdasarkan laporan Satgas Karhutla Riau ke Doni, pola kebakaran lahan tahun ini berbeda. Jika sebelumnya hilir menjadi daerah paling banyak terjadi kebakaran, tahun ini kawasan hulu menjadi dominan.

Menurut Doni, hilir mulai jarang terdapat titik api karena kesadaran masyarakatnya sudah tinggi untuk tidak membakar lahan. Ditambah lagi banyaknya petugas yang membaur di sana dalam beberapa tahun terakhir.

"Bahkan ada petugas yang tidur di rumah penduduk. Untuk hulu yang saat ini terjadi kebakaran, akan ditambah petugas dan helikopter, termasuk melibatkan kalangan lokal," jelas Doni.

Dalam kunjungannya ke Riau, Doni juga sempat memantau kebakaran lahan dari udara. Di sebuah kabupaten, Doni melihat kebakaran melumat lahan yang dekat dengan konsesi perusahaan.

Hanya saja, Doni tidak menyebutkan perusahaan dimaksud. Dia hanya menyatakan, seharusnya hal itu tidak boleh terjadi karena sudah menjadi tanggungjawab perusahaan kalau ada kebakaran di sekitar konsesinya.

"Tadi Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Riau juga menyampaikan ada lima perusahaan dalam proses, kami mendorong pihak kepolisian agar tidak ragu terhadap pihak manapun," harap Doni.

Sejauh ini, Doni menyebut kebakaran sudah melumat 40 hektare lahan di Indonesia. Data itu diperoleh dari petugas di lapangan dan pencitraan satelit yang digunakan BNPB.

"Ini akan bertambah terus, data kebakaran lahan tadi bukan di Riau saja," terang Doni.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya