BNPB Gandeng Ahli Ungkap Rahasia di Balik Agresifnya Gempa Maluku

Sampai Senin (14/10/2019), Provinsi Maluku tercatat telah dilanda 1.400 gempa susulan dan 160 lebih di antaranya dirasakan masyarakat.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Okt 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2019, 20:00 WIB
Gempa di Ambon
Kondisi bangunan rumah yang rusak akibat gempa di Ambon, Maluku, Jumat (27/9/2019). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut korban meninggal akibat gempa magnitudo 6,5 yang mengguncang Maluku pada 26 September 2019 sebanyak 23 orang. (HO/BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA/AFP)

Liputan6.com, Pangkalpinang - Demi menguak rahasia di balik agresifnya gempa bumi di Maluku beberapa waktu belakangan, BNPB menggandeng para ahli untuk meneliti rentetan gempa yang terjadi di tanah Ambon Manise itu. Langkah itu diambil sekaligus untuk mengurangi risiko bencana gempa yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

"Sampai hari ini sudah tercatat 1.400 gempa susulan dan 160 lebih gempa yang dirasakan masyarakat Maluku," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI, Doni Monardo seperti dikutip Antara, Senin (14/10/2019)

Doni mengatakan perlu berbagai upaya untuk melakukan riset dan penelitian gempa Maluku. Kalau dibandingkan gempa yang terjadi di Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2019 yang relatif banyak, tetapi tidak seagresif gempa di Maluku.

Oleh karena itu, BNPB mengundang berbagai pihak, para ahli, peneliti untuk secara bersama-sama mendapatkan rahasia apa yang ada dan terjadi di Maluku.

"Dalam waktu dekat ini, kita bekerja sama dengan ITB untuk menempatkan alat sensor pendeteksi gempa bumi di Maluku, untuk mendapatkan data yang lebih akurat," ujarnya.

Menurut dia jika melihat efisentrum gempa yang terjadi di tiga pulau yaitu Serang, Ambon dan Maluku, tentunya ini memiliki sebuah cara BNPB bagaimana bisa menintigasi dan cara ke depan bisa menjadi lebih baik dalam menghadapi bencana alam ini.

"Kita harus bisa menjadi lebih baik, bagaimana dalam mempersiapkan masyarakat, konstruksi bangunan, sebagai salah satu bagian upaya gempa bumi ini," katanya.

Ia menambahkan selama ini banyak rumah penduduk dan bangunan pelayanan publik yang roboh, karena gempa akibat tidak memiliki konstruksi bangunan tahan gempa.

"Kegiatan peringatan Bulan Pengurangan Resiko Bencana hari ini merupakan bagian untuk memikirkan bagaimana bentuk dan kontruksi rumah-rumah yang tahan gempa ini," katanya.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya