Liputan6.com, Banyumas - Bengawan Serayu selalu melahirkan kisah dan legenda. Sungai serayu selalu menyimpan cerita dari masa ke masa, bertahan meniti zaman.
Saking legendarisnya, proses munculnya Sungai Serayu pun dihubungkan dengan tokoh epos Pandawa, Bima. Konon ceritanya, Serayu tercipta dari air seni Bima, yang lantas menciptakan kawasan Tuk Bima Lukar di Pegunungan Prau, Wonosobo.
Serayu adalah mega-sungai, yang menciptakan daerah aliran sungai (DAS) yang begitu luas. Sungai ini melintasi lima kabupaten, mulai dari Wonosobo dan Banjarnegara di Jawa Tengah bagian tengah, Purbalingga, Banyumas, dan akhirnya lepas ke Samudera Hindia di pesisir Cilacap.
Advertisement
Baca Juga
Pada masa lebih muda, komponis legendaris Banyumas, R Soetedja pun terinspirasi Sungai Serayu. Ia menciptakan lagu ‘Di Tepinya Sungai Serayu’.
Tak hanya indah, Sungai Serayu adalah sumber penghidupan bagi warga di sekitar alirannya. Soeteja menggambarkan aliran airnya sebagai tirta kencana, perlambang bahwa airnya begitu jernih dan menjadi sumber kemakmuran.
Sungai Serayu mengirimkan sedimentasi humus yang membuat bantarannya subur dan begitu berharga bagi petani. Peradaban-peradaban manusia tumbuh dan berkembang di sekitar alirannya.
Tetapi, itu dulu. Kondisi tahun 1940-an, ketika Soeteja muda terinspirasi oleh fajar yang menyingsing di tepi Sungai Serayu.
Kondisi Sungai Serayu kini sudah berubah 180 derajat. Pencemaran dan penambangan menjadi masalah laten yang menghantui Sungai Serayu dan tentu saja, masyarakat yang menggantungkan hidupnya kepada Serayu.
Alih Pekerjaan Para Penambang Pasir
Di Kecamatan Rawalo, Banyumas, misalnya, tercatat ada tiga desa yang begitu akrab dengan penambangan pasir tradisional. Tiga desa tersebut yakni, Rawalo, Tambaknegara dan Banjarparakan.
Namun, kondisi para penambang pun semakin rentan. Pasalnya, di hulu Sungai Serayu tidak ada gunung berapi yang erupsi untuk menambah material pasir dan batu yang ditambang.
Akibatnya, pasir semakin minim yang berakibat langsung ke pendapatan penambang pasir tradisional yang semakin rendah. Penambangan terus-menerus juga mempercepat laju abrasi dan merusak ekosistem sungai.
Berawal dari kegelisahan itu, sejumlah anak muda di tepian Sungai Serayu, Kecamatan Rawalo, Banyumas menginisasi gelaran pesta rakyat. Tujuannya untuk mengangkat potensi lokal. Sebab persoalan kemiskinan tak hanya terjadi di kelompok penambang pasir melainkan masyarakat secara keseluruhan.
Untuk mengangkat potensi lokal desa, mereka menggelar rangkaian Pesta Rakyat yang berpuncak pada pameran produk UMKM, 29 Oktober – 2 November 2019 di Kompleks Bendung Gerak Serayu (BGS).
Ketua panitia pesta rakyat , David Okta Nugraha mengatakan pameran tersebut bertujuan untuk mengangkat potensi desa. Pameran juga menjadi ajang bertemunya pelaku UMKM dengan para pengusaha atau konsumen.
UMKM dianggap sebagai salah satu solusi untuk mengangkat kesejahteraan dan membuka lapangan kerja. Tak hanya tiga desa, peserta pameran berasal dari sembilan desa di Kecamatan Rawalo.
Menurut dia, pelaku UMKM hingga kini masih menghadapi permasalahan yang menghambat perkembangan. Di antaranya, minimnya modal usaha, inovasi produk, pemasaran, respons teknologi informasi, dan manajemen.
"Pelaku usaha juga belum memanfaatkan pasar online, belum menguasai branding, dan masih kesulitan membuka pasar baru," ucapnya.
Advertisement
Sekar, Wadah Ciptaan Anak Muda untuk Pelaku UMKM
Melihat masalah itu, para pemuda sepakat untuk membentuk wadah bersama sekaligus pusat belajar UMKM, yang dinamai Seduluran Kecamatan Rawalo (Sekar). Sekar didirikan untuk wadah para pelaku UMKM, terutama generasi muda, untuk memcahkan masalah bersama secara berjaringan.
"Mudah-mudahan dapat membantu munculnya usaha usaha baru dari masyarakat dikarenakan masyarakat masih bingung mengalami kesulitan dalam mengurus perijinan," katanya.
Selain itu, untuk memasarkan produk, Sekar juga menggandeng Sampoerna Retail Community dan sebuah toko modern berjaringan yang sudah sangat dikenal secara nasional. Dengan demikian, produk UMKM dari Banyumas bisa dipasarkan hingga keluar daerah.
Dia yakin, UMKM merupakan salah satu solusi untuk pengentasan kemiskinan. Terlebih jika usaha dan niaga itu dikombinasikan dengan pariwisata.
Banyumas identik dengan Baturraden, sebuah destinasi wisata yang mengandalkan alam pegunungan. Padahal, Banyumas tak hanya gunung. Ada dataran rendah yang tak kalah mempesona.
"Untuk desa dapat digunakan untuk alih usaha dari penambang pasir ilegal ke dunia usaha terlebih sungai serayu tidak memperoleh suplai sedimen dari gunung berapi dan material yang didapat berupa guguran tebing kanan kiri sungai," ungkapnya.
Penasehat Sekar, Eddy Wahono berharap letupan semangat anak muda di tepian Serayu ini memicu masyarakat untuk terus bergerak. Masyarakat mesti jeli memanfaatkan peluang sekecil apapun.
Dia juga berharap agar pemerintah mendorong lahirnya pengusaha-pengusaha baru, meski dalam skala mikro dan kecil. Salah satunya dengan memudahkan perizinan.
"Diharapkan keterpaduan lintas dinas dalam memajukan UMKM serta membina secara berkelanjutan," Eddy menerangkan.
Saksikan video pilihan berikut ini: