Jalan Baru Kereta dan Keindahan Jalur Tepi Sungai Serayu

Gunung dan sungai di wilayah Banyumas memang menyajikan pemandangan yang amat memesona bagi penumpang kereta api.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 31 Jan 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2019, 06:00 WIB
Jembatan kereta api legendaris di Sungai Serayu, Rawalo, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Jembatan kereta api legendaris di Sungai Serayu, Rawalo, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purwokerto - Sepertinya tak berlebihan jika kini, PT KAI memperdengarkan lagu 'Di Tepinya Sungai Serayu' karya komponis asal Banyumas, R Soetedja tatkala kereta api datang atau berangkat dari stasiun.

Gunung dan sungai di wilayah Banyumas memang menyajikan pemandangan yang amat memesona. Salah satunya di jalur ganda antara Stasiun Purwokerto-Kroya. Di jalur ini, pegunungan ditingkahi aliran sungai menjanjikan kenangan yang sulit dilupakan.

Secara kasat mata, jalur ini memang indah. Namun, perpaduan gunung dan sungai ini juga membuat titik ini dinilai sebagai medan tersulit dalam proyek jalur ganda atau double track di wilayah Daerah Operasi 5 Purwokerto.

Kesulitan terletak pada kontur wilayah yang merupakan perpaduan antara pegunungan dan sungai sekaligus. Di beberapa bagian bukit mesti dikepras untuk menambah satu jalur. Terowongan juga mesti dibuat untuk menembus perut gunung.

Tiga terowongan baru yang mesti dibangun, meliputi terowongan Kalirajut, Notog, dan Kebasen. Pelaksana proyek jalur ganda juga mesti membangun lima jembatan baru. Dua jembatan di antaranya adalah jembatan panjang lantaran melintas sungai lebar, yakni sungai Logawa dan Serayu.

"Kontur geografisnya di situ adalah dataran tinggi dan juga sungai-sungai ya. Termasuk di sini harus dibangun tiga terowongan baru dan dua jembatan yang panjangnya sekitar 270 meter," ucap juru bicara PT KAI Daop 5 Purwokerto saat itu, Surono kepada Liputan6.com, April 2016.

PT KAI menarget pada 2018, jalur ganda antara Purwokerto-Kroya jalur sepanjang 27 kilometer ini selesai. Selanjutnya, jalur ganda ini bisa beroperasi secara normal.

Kerja keras selama dua tahun itu mulai menampakkan hasil. Pada dasarian ketiga Januari 2019 ini, PT KAI mulai mengoperasikan jalur ganda Purwokerto-Kroya secara bertahap.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Keterlambatan Kereta Akibat Uji Coba Jalur Ganda

Persiapan uji coba jalur ganda antara stasiun kroya-Randegan-Kebasen. (Foto: Liputan6.com/Humas KAI DAOP 5/Muhamad Ridlo)
Persiapan uji coba jalur ganda antara stasiun kroya-Randegan-Kebasen. (Foto: Liputan6.com/Humas KAI DAOP 5/Muhamad Ridlo)

Juru bicara PT KAI Daerah Operasi (Daop) 5 Purwokerto, Supriyanto mengatakan, beberapa hari yang lalu PT KAI mulai menyambung jalur ganda antara Stasiun Purwokerto-Stasiun Notog. Kemudian, pada Senin, 28 Januari 2019, dilakukan penyambungan trek jalur ganda antara stasiun Kroya-Randegan-Kebasen.

Untuk menguji coba jalur ganda, sekitar pukul 04.10 WIB, pelaksana proyek mulai membongkar jalur penghubung (s-curve) di kilometer 376+400 dan dilanjutkan penyambungan trek di kilometer 375+650 dan 375+300 antara stasiun Kroya-Randegan.

"Sehingga trek menjadi lurus, serta kegiatan di emplasemen Stasiun Kroya," Supriyanto menjelaskan.

Usai penyambungan, PT KAI juga menguji coba persinyalan. Usai persiapan tersebut, mulai hari Senin, 28 Januari 2019, jalur jalur ganda antara Stasiun Kroya-Randegan-Kebasen sudah beroperasi.

Meski begitu, proses penyambungan dan pengoperasian jalur ganda ini berimbas kepada perjalanan beberapa KA. Pasalnya, kereta yang melewati jalur ini harus membatasi kecepatan di kisaran 40 kilometer per jam.

Padahal, bisanya kecepatan normal di titik ini adalah 90 kilometer per jam. Akibatnya, perjalanan sejumlah kereta melambat.

"PT KAI tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan perjalanan KA beserta penumpang dan barang yang diangkutnya," ujar dia.

Kereta yang terlambat itu yakni KA 102 Ranggajati relasi Cirebon-Jember, KA 7080 Joglosemarkerto Purwokerto-Solo, KA 180 Pasundan Kiaracondong-Surabaya.

Kemudian, KA 121 Sawunggalih relasi Kutoarjo-Pasarsenen, KA 117 Fajar Utama Yogyakarta relasi Yogyakarta-Gambir, KA 7079 Joglosemarkerto relasi Solo-Purwokwerto-Semarang, KA 51 Taksaka relasi Yogya-Gambir.

Selanjutnya, KA 79 Lodaya Solo-Gambir, KA 203 Kutojaya Selatan relasi Kutoarjo-Pasarsenen, KA 7 Argo Lawu relasi Solo-Gambir.

"PT KAI mohon maaf atas keterlambatan perjalanan kereta api-kereta api tersebut," imbuhnya.

Akan tetapi, saat ini perjalanan kereta sudah normal. Kereta pun sudah bisa dipacu normal, meski masih dibatasi pada kecepatan antara 60-70 kilometer per jam.

Hal ini dilakukan untuk penyesuaian trek baru agar benar-benar stabil. Dia mengklaim, saat seluruh jalur ganda selesai, kereta api Jakarta-Solo lebih cepat antara satu hingga dua jam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya