Liputan6.com, Padang - Meski tak secerah etape sebelumnya, suasana sepanjang rute Air Terjun Telun Berasap hingga Dermaga Danau Kerinci, Jambi, pada perhelatan Tour de Singkarak Etape VII tak kalah semarak.
Euforia masyarakat yang menonton tak putus-putus di pinggir jalur, mulai dari "start" hingga "finish" pada Jumat (8/11).
Baca Juga
Boleh jadi euforia tersebut disebabkan karena kali pertamanya Kerinci menjadi tuan rumah perhelatan internasional ini setelah tiga tahun mengajukan diri.
Advertisement
Sorak sorai penonton terus sambung menyambung sembari memegang bendera merah putih berukuran kecil.
Berbagai kata-kata diteriakkan, seperti "ayo semangat", "Indonesia", dan beberapa sorakan lain untuk menyemangati pembalap yang tersisa 75 orang dengan panjang rute 82,9 kilometer.
Jalur yang tidak terlalu ekstrim dibanding etape sebelumnya dan pemandangan Kerinci yang menawan dengan nuansa kebun teh sepanjang rute, bisa disebut etape ini cukup santai.
Euforia tidak hanya dirasakan di sepanjang rute, namun juga di sekitaran garis "finish". Ribuan warga Kerinci membludak, menyaksikan perhelatan internasional untuk pertama kalinya.
Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit mengatakan tahun ini terdapat 15 kabupaten dan kota di Sumbar yang menjadi tuan rumah dan ditambah daerah di Jambi yakni Kerinci dan Sungai Penuh.
Sekarang Jambi ikut serta, kata dia makanya tema Tour de Singkarak tahun ini adalah Connecting Sumatera. Bisa saja tahun-tahun mendatang bertambah. Namun, namanya tetap TdS dan harus melewati Danau Singkarak.
"Mata dunia akan melihat semua daerah itu, termasuk daerah lain yang dilewati," katanya.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Sejarah Tour de Singkarak
Lahirnya perhelatan "sport tourism" terbesar di Indonesia yakni Tour de Singkarak tidak lepas dari nama yang melekat dari perhelatan yang sudah dimulai dari 2009 tersebut, yakni Danau Singkarak.
Danau Singkarak terletak di dua kabupaten di provinsi Sumatera Barat yakni, kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar dengan luas 107,8 km².
Sejak 2009, pertama kalinya TdS digelar hingga saat ini, nama Danau Singkarak yang menjadi ikonnya semakin terkenal.
Danau Singkarak lahir dari proses tektonik yang dipengaruhi oleh Sesar Sumatera. Danau ini adalah bagian dari Cekungan Singkarak-Solok yang termasuk di antara segmen dari Sesar Sumatera.
Pesona Danau Singkarak tak pernah habisnya, ditambah dengan kekayaan kuliner yang khas seperti olahan ikan bilih yang merupakan endemik Danau Singkarak.
TdS sendiri pertama kali digagas Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2011-2014 Sapta Nirwandar, saat itu ia melirik potensi besar destinasi wisata Danau Singkarak, kemudian mencanangkan sebuah iven bertaraf internasional yang diberi nama "Sport Tourism" Tour de Singkarak.
Selain objek wisata Danau Singkarak dapat dikenal lebih luas dikancah Dunia, Sapta Nirwandar kala itu juga berharap seluruh potensi objek wisata, mulai dari wisata alam, sejarah hingga kuliner yang ada di Sumatera Barat, dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas, terutama mancanegara.
Menurut Sapta, selain adanya peningkatan dari segi angka kunjungan wisatawan dan taraf perekonomian masyarakat Ranah Minang, tentu saja putaran uang di setiap etape Tour de Singkarak akan meningkat.
Penginapan, transportasi dan kuliner, merupakan beberapa dari sekian banyak peluang yang diyakini mampu meningkatkan pendapatan. Putaran uang disetiap peyelenggaraan TdS meningkat.
Dalam perjalannya dari tahun ke tahun, Tour De Singkarak tidak hanya sebatas ajang balap sepeda semata. Namun juga sudah menjadi peranan yang cukup penting dalam mengenalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh Sumatera Barat.
Memasuki tahun ke-11 agenda ini terus menjadi ajang bergengsi yang diikuti tak kurang dari 24 negara.
Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit di Kabupaten Solok, Kamis (7/11) mengatakan tahun ini terdapat 15 kabupaten dan kota di Sumbar yang menjadi tuan rumah dan ditambah daerah di Jambi yakni Kerinci dan Sungai Penuh.
Sekarang Jambi ikut serta, kata dia makanya tema TdS tahun ini adalah Connecting Sumatera. Bisa saja tahun-tahun mendatang bertambah. Namun, namanya tetap TdS dan harus melewati Danau Singkarak.
"Mata dunia akan melihat semua daerah itu, termasuk daerah lain yang dilewati," katanya.
Saat ini, tambah Nasrul Abit, TdS menempati peringkat kelima jumlah penonton terbanyak. Ke depan ia menargetkan peringkat tersebut bisa bertengger diurutan ketiga.
"Ke depan harus ada pembenahan dan pengemasan yang lebih menarik lagi. Termasuk juga soal infrastruktur penunjang lainnya seperti jalan dan penginapan," tambahnya.
Â
Â
Advertisement