Perpisahan Mengharukan Kiai NU Garut dengan Burung Cenderawasih Peliharaannya

Awalnya sang kiai mengaku bangga memelihara burung tersebut, namun setelah mengetahui dilindungi, langsung menyerahkannya ke pemerintah.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 23 Des 2019, 03:00 WIB
Diterbitkan 23 Des 2019, 03:00 WIB
Menengok Burung Surga Cenderawasih di Pedalaman Tambrauw Papua
Banyak syarat yang harus diikuti agar bisa menyaksikan keindahan si burung surga, cenderawasih, langsung di sarangnya, di pedalaman Tambrauw, Papua Barat. (dok. Kementerian Pariwisata/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Garut - Bagi kiai sepuh asal Garut, Jawa Barat, yang satu ini, memelihara burung ada kepuasan tersendiri, apalagi burung sekelas Cenderawasih.

Ibarat budaya merokok di kalangan Nahdiyin atau kalangan jemaah Nahdlatul Ulama (NU), maka memelihara burung bagi sebagian kiai NU adalah kelaziman. Dan itu, berlaku pula untuk KH Amin Muhyidin Maolani, Ketua Rois PCNU Garut.

Namun rupanya memelihara burung berjuluk burung surga ini tak membuat sang kiai puas. Sebaliknya, ia justru gelisah. Terlebih, setelah mengetahui bahwa Cenderawasih adalah burung langka yang sangat dilindungi.

Usai bergulat dengan kegelisahan sekian lama, akhirnya Den Mimin, dengan berat hari menyerahkan burung Cenderawasih ini kepada pemerintah. Dia mesti kuat hati berpisah dengan burung pemberian rekannya, seorang kiai asal Ciamis.

Setelah merawat bak anaknya sendiri hampir tiga tahun, burung kebanggan masyarakat Papua itu, ahirnya diserahkan ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam V Garut, Rabu (18/12/2019) lalu.

Burung yang sehari-hari menghiasi pekarangan pesantren khusus Alquran, As Saadah, Desa Limbangan Tengah, Kecamatan Limbangan, Garut ini pun, kini menjadi penghuni baru Taman Satwa Cikembulan, Kecamatan kadungora, setelah diserahterimakan BKSDA, pada hari yang sama.

Den Mimim mengatakan berat rasanya melepas salah satu burung kebanggan Indonesia itu, namun setelah mengetahui jika burung Cenderawasih tersebut dilindungi, akhirnya ia lebih memilih untuk menyerahkannya kepada Negara.

“Dengan kesadaran saya serahkan burung ini ke BKSDA, untuk selanjutnya dilepaskan ke habitatnya,” kata dia.

Simak video pilihan berikut ini:


Perawatan

Ketua Rois PCNU Garut KH. Amin Muhyidin Maolani, tengah menyerahkan burung Cendrawasih ke BKSDA Wilayah V Garut, beberapa watu lalu
Ketua Rois PCNU Garut KH. Amin Muhyidin Maolani, tengah menyerahkan burung Cendrawasih ke BKSDA Wilayah V Garut, beberapa watu lalu (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Den Mimin berharap, penyerahan salah satu burung yang dilindungi negara itu, bisa menjadi tauladan baik bagi pihak lain, untuk menyerahkan peliharaan satwa yang dilindungi.

“Apalagi populasinya kan semakin berkurang, jadi lebih baik diserahkan saja,” ujarnya.

Kepala Seksi BKSDA Wilayah V Garut Dodi Arisandi mengatakan, setelah mendapatkan titipan salah satu burung dilindungi, lembaganya segera menitipkan ke Taman Cikembulan.

Di kawasan Taman Satwa terbesar di kawasan Priangan Timur itu, burung Cendrawasih titipan tersebut, bakal mendapatkan perawatan intensif untuk mengembalikan kebugaran tubuh sebelum dilepasliarkan di alam bebas.

“Lihat perkembangannya dulu,” kata dia menegaskan.

Rudi Arifin, pengelola Taman Satwa Cikembulan mengatakan, sejak pertama kali diserahkan koleksi bangsa aves itu langsung diisolasi untuk mendapatkan perawatan secara intensif. "Untuk mengembalikan kondisi tubuhnya," kata dia.

Dengan upaya itu, maka anggota baru penghuni Taman Satwa Cikembulan tersebut, bisa mulai memahami lingkungan sekitarnya. "Kami juga siagakan dokter hewan untuk memantau perkembangan sehari-harinya," ujar dia.

Kini, meskipun dengan berat hati, sang kiai mengaku tak sungkan mengutarakan niatnya, untuk mengunjungi Taman Satwa, sesekali waktu, mengobati kerindungan pada burung yang konon merupakan jelmaan bidadari surga tersebut.

“Kapan-kapan lah jika senggang,” ujar Den Mimin menutup pembicarannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya