Mencicipi Sensasi Rasa dan Aroma Serabi Kuntilanak Khas Rengasdengklok

Serabi hijau ini populer dengan nama serabi kuntilanak. Mengapa?

oleh Liputan Enam diperbarui 08 Jan 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2020, 07:00 WIB
Sorabi Hijau
Sorabi Hijau, Rengasdengklok / Liputan6.com / Nadiyah Fitriyah

Liputan6.com, Rengasdengklok - Serabi hijau telah dikenal sebagai makanan khas Rengasdengklok, Karawang. Mulai kalangan pejabat, masyarakat biasa hingga mereka yang dari luar negeri pun pernah mencicipi makanan tersebut ketika singgah di kota ini.

Banyak warga menjual panganan ini. Namun, serabi buatan Bapak M Kasim terbilang legendaris di Rengasdengklok. Pertama kali diluncurkan pada tahun 1995, M Kasim mempelajari resepnya dari orang China di wilayah itu.

Serabi hijau Pak Kasim dikenal juga dengan nama Serabi Kuntilanak karena tempat berjualannya berada di depan pemakaman. Setiap hari terlihat antrean pengunjung yang ingin menikmati kekhasan serabi hijau ini.

Tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam, dengan Rp5.000, pengunjung bisa merasakan legitnya serabi yang dibuat tanpa bahan pengawet ini. Salah seorang pegawai di kedai Sorabi Hijau Rengasdengklok mengatakan, warna hijau pada serabi berasal dari daun suji sehingga memberikan sensasi rasa dan aroma wangi yang khas.

"Serabi ini enak dimakan bersama gula (cairan) yang disediakan dengan dua rasa, rasa durian dan gula merah biasa. Gula ini pun ia tidak menggunakan zat perasa, akan tetapi asli dari durian dan gula merah," ujar dia ketika Liputan6.com berkunjung ke kedai serabi Pak Kasim yang berada di Jalan Kalijaya, Rengasdengklok Utara.

Karena itu, lanjut dia, kualitas rasanya pun tetap terjaga dan tentu saja sehat untuk dikonsumsi. Kelebihan lainnya yang juga menjadi ciri khas dalam pembuatannya yakni menggunakan bahan bakar kayu dengan cetakan tradisional dari tanah liat.

Selebihnya, tentu ada formula atau resep khusus dari Pak Kasim yang membuat serabi ini berbeda jika dibandingkan dengan serabi sejenis yang mulai marak mengekor kepopulerannya.

Walaupun masih pagi, antrean pengunjung sudah terlihat panjang. "Padahal, masih jam 9 pagi, ini baru buka tapi antrean sudah 180 serabi," seru pembeli bernama Irvan Hauwerich, Jumat, 3 Januari 2020.

Sebagai catatan, serabi hijau tidak memiliki cabang, hanya satu-satunya di Rengasdengklok. Sekali pun ada yang memiliki nama sama, tetapi cita rasanya bisa saja berbeda. Mungkin inilah yang menjadi penyebab serabi hijau khas Rengasdengklok ini menjadi pilihan wisatawan dan masyarakat sekitar.

"Antrean panjang ini toko baru juga buka karena banyak peminatnya, liburan awal tahun jadi pulang ke rumah buat oleh-oleh. Kalau mau pesen bisa hubungi lewat telepon," ucap karyawan Pak Kasim saat diwawancarai.

 

Nadiyah Fitriyah / PNJ

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya