Waspada, DBD Ancam Ternate di Tengah Pandemi Corona Covid-19

Sejak tiga tahun terakhir pada 2017-2019 terdapat 433 kasus DBD. Tujuh orang di antaranya meninggal dunia.

oleh Hairil Hiar diperbarui 08 Apr 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2020, 21:00 WIB
Waspada DBD di Tengah Pandemi Virus Corona Mengancam Ternate
Sejak tiga tahun terakhir pada 2017-2019 terdapat 433 kasus DBD. Tujuh orang diantaranya dinyatakan meninggal dunia.

Liputan6.com, Ternate - Warga Kota Ternate, Maluku Utara, diimbau untuk waspada terhadap penularan penyakit demam berdarah dengue atau DBD di tengah pandemi virus Corona Covid-19 saat ini. 

Data laporan Dinas Kesehatan Kota Ternate, per 1 Januari hingga 31 Maret 2020, mencatat, kasus ini berfluktuasi setiap tahun dan cenderung mengalami peningkatan. Hingga saat ini sudah ada 53 kasus dengan pasien terkonfirmasi DBD tersebar di wilayah kota Ternate. 

Data tersebut juga menyebutkan, sejak tiga tahun terakhir pada 2017 hingga 2019, terdapat 433 kasus DBD. Jumlah ini dengan rincian 20 kasus terjadi tahun 2017, 94 kasus pada 2018 dengan kematian 3 orang, dan 319 kasus terjadi di 2019 dengan angka kematian 4 orang. 

Kepala Dinas Kesehatan Kota Ternate, Nurbaity Radjabessy mengemukakan, bahwa jumlah kasus DBD pada 2020 ini akan meningkat, jika warga masyarakat setempat tidak sadar kebersihan lingkungan dan memeriksa diri secara dini ke setiap klinik puskesmas. 

“Sebab dari laporan per 1 Januari hingga Maret 2020 saja sudah muncul 53 kasus. Sesuai laporan, sampai 8 April ini belum ada korban jiwa karena DBD,” ucap Nurbaity, kepada Liputan6.com, di Jalan Batu Angus, Kelurahan Akehuda, Ternate Utara, Rabu siang WIT. 

Penyakit DBD adalah suatu penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue. Ini ditandai gejala seperti demam 2 sampai 7 hari disertai dengan manifestasi pendarahan, penurunan trombosit, adanya peningkatan hematocrit yang dapat dilihat melalui pemeriksaan darah.

Selain itu, disertai pula gejala-gejala yang tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata, jelas Nurbaity. 

"Faktor utama penyebab penyakit DBD ini karena kurangya perhatian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk, sehingga terdapat genangan-genangan air di berbagai tempat atau wadah buatan manusia, yang akhirnya menjadi habitat berkembangbiakan nyamuk aedes aegypti penular DBD," lanjut dia. 

Nurbaity menambahkan, salah satu penyebab lainnya yang sangat berpengaruh terjadinya penularan DBD tersebut karena dampak perubahan iklim dan mobilisasi manusia. 

"Kedua faktor ini juga turut mempermudah penyebaran penyakit demam berdarah dengue. Karena itu, diharapkan kepada masyarakat jika ada anggota keluarga yang panas segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Karena fase kritis DBD ini terjadi syok itu ketika setelah hari ketiga sampai hari keenam saat demam mulai menurun," katanya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Pencegahan DBD

Waspada DBD di Tengah Pandemi Virus Corona Mengancam Ternate
Sejak tiga tahun terakhir pada 2017-2019 terdapat 433 kasus DBD. Tujuh orang diantaranya dinyatakan meninggal dunia.

Nurbaity menyatakan, pengendalian vektor DBD ini dapat dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, serta plusnya itu menaruh ikan pemakan jentik pada air yang sulit dijangkau. Kegiatan ini untuk membasmi atau menghilangkan jentik-jentik nyamuk demam berdarah karena tempat perindukannya itu pada genangan air yang bersih. 

Nurbaity menambahkan, masih rendahnya kesadaran warga masyarakat akan pentingnya kegiatan 3M Plus itu yang telah menyebabkan peningkatan kasus DBD di Kota Ternate. 

"Karena sampai saat ini masih ditemukan banyak rumah yang terdapat jentik nyamuk pada penampungan air, baik di dalam maupun di luar rumah," sambung Nurbaity.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya