Liputan6.com, Bangkalan - Berada di Jaddih, sebuah desa di Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, pandemi corona terasa tak segenting pemberitaan. Tak ada yang memakai masker apalagi menerapkan social distancing.
Pagi, pukul 06.00 wib, yang bertani ke sawah seperti biasa. dum truk bermuatan bedel lalu-lalang di jalan desa yang basah karena hujan. Jika ada yang meninggal, tahlilan tetap digelar tujuh hari.
Advertisement
Baca Juga
Sekolah negeri memang diliburkan, tapi sekolah sore di Madrasah Salafiyah Syafi'iyah tetap berjalan seperti semula. Dan bakda magrib, suasana Masjid Abdurrahman, tetap riung oleh suara anak-anak mengaji.
Dari sekian banyak imbauan pemerintah sebagai upaya mencegah covid 19, hanya larangan menggelar pernikahan dan nanggap pengajian yang benar-benar diikuti segenap warga.
Tapi situasi yang santuy itu, tak lantas membuat warga enteng akan virus yang telah menewaskan 280 orang di Indonesia dan belakangan banyak orang terjangkit tanpa gejala.
"Tentu saya khawatir. tapi saya yakin corona tak menyebar di desa, corona hanya terjadi di pusat kota. Kalau sampai muncul di desa, itu karena ada yang membawanya," begitu pemikiran Ali, seorang pemuda Jaddih dan tampaknya jadi pandangan jamak warga di sana.
Burdah Keliling
Mayoritas penduduk desa ini adalah Nahdliyyin, sebutan untuk pengikut Nahdlatul Ulama, Ormas Islam terbesar di Indonesia. Tradisi begitu kental digunakan menghadapi pandemi virus flu yang pertama muncul di Kota Wuhan China pada November 2019.
Selasa malam, 7 April 2020, ratusan orang jalan kaki keliling desa, sebagian menyalakan obor untuk penerangan, mengumandangkan selawat burdah, dari sebuah kitab berisi pujian-pujian kepada Nabi Muhammad, karangan Ulama Mesir, Imam Albusiri.
Burdah keliling digelar tiap malam selama satu pekan. Dari malam ke malam pesertanya bertambah banyak dan kian semarak. Pesertanya lintas kampung bahkan lintas desa.
Di zaman nabi, wabah virus penyakit pernah muncul. Dalam sejumlah hadis diruwiyatkan virus dibawa oleh setan, dan membaca burdah adalah salah satu cara menghalau setan pembawa virus agar tak mampir ke desa mereka.
"Burdah keliling adalah tradisi leluhur, dilakukan untuk memagari desa dari musibah," tutur Sakdiyah peserta Burdah.
Dengan segenap keyakinan itu, dampak yang paling dirasa Sakdiyah dan Ali, setelah virus yang menyerang sistem pernafasan ini mewabah adalah tekanan perekonomian.
Bagi Sakdiyah yang seorang ibu rumah tangga dua anak, kenaikan harga bahan pokok paling terasa. Harga Gula naik dari Rp 11 ke 1i ribu perkilogram. Tak hanya naik, bahan pemanis ini pun langka. "Cabai dan bawang juga beras, ikutan naik," katanya.
Pun demikian Ali, kerajinan sangkar burung perkutut yang ditekuni kini mandek setelah Surabaya dan Malang, dua kota tempat memasarkan sangkar terbesarnya kini terpapar corona.
"Sudah sebulan, para juragan nyetop order sangkar," ungkap dia.
Advertisement
Data Corona Bangkalan
Per Kamis petang, 9 April 2029, dalam peta sebaran Covid-19 wilayah Jawa Timur, warna Kabupaten Bangkalan yang semula orange telah berubah merah. itu artinya Bangkalan kini zona merah Covid-19.
Perubahan itu, setelah Ketua Gugus Tugas Covid 1i Jatim, Khofifah Indar Parawansa mengumumkan temuan satu pasien positif corona di Bangkalan berdasarkan uji sample swab oleh Litbangkes Jakarta.
Identitas pasien positif itu diidentifikasi dengan istilah 'pasien Blega' merujuk ke kecamatan tempat tinggal pasien yang merupakan perantauan di Jakarta. Dia pulang ke Blega 26 maret lalu dan langsung dirawat di Puskesmas Blega karena kesehatannya memburuk.
Esoknya dia dirujuk ke RSUD Syamrabu, berdasarkan hasil tes swab dengan metode PCR dia terdeteksi tertular virus flu Wuhan ini. namun untuk menentukan akurasinya sample swab harus dikirim ke Litbangkes Jakarta dan hasil baru keluar hari ini dengan hasil sama. Selain corona, pasien blega juga menderita TBC.
Jumlah pasien positif Covid-19 Bangkalan ada kemungkinan bertambah. Sebab, masih ada satu sampel swab yang belum selesai diuji Litbangkes. Sampel itu milik seorang dokter Puskesmas Klampis yang tiap musim haji bertugas sebagai tenaga kesehatan haji Indonesia.
Pada 8 hingga 19 Maret lalu, Dokter ini mengikuti pelatihan haji di Asrama Haji Surabaya. Belakangan kegiatan ini menjadi salah satu klaster penyebaran Coronavirus di Jawa Timur setelah beberapa peserta dipastikan terjangkit virus mematikan ini.
Setelah positif, si dokter diwajibkan isolasi mandiri karena kondisi fisiknya sehat. Sayang ia tak patuh. warga beberapa kali memergokinya keluar rumah untuk berbelanja
Simak video pilihan berikut ini: