Liputan6.com, Pekanbaru - Masyarakat Desa Kotagaro, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, beraktivitas seperti biasanya setelah penyerangan dua anak sapi oleh harimau sumatra. Kini, warga tak lagi membiarkan ternak berada di luar kandang pada malam hari untuk menghindari serangan susulan.
Bagi masyarakat tempatan, kehadiran harimau sumatra merupakan hal wajar. Dulunya, desa tersebut masih banyak hutan sehingga menjadi tempat bagi si Datuk Belang untuk berkembang biak.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Kepala Desa Kotagaro, Ilyas Sayang, sejak dahulu masyarakat di sana sudah biasa hidup berdampingan dengan harimau, khususnya suku Melayu. Dengan demikian, masyarakat diminta tak ketakutan berlebihan.
Ilyas menyebut penyerangan terhadap dua anak sapi bisa menjadi tanda ada sesuatu tak baik terjadi di desa. Dia menyebut harimau datang memberi peringatan agar masyarakat agar tidak melakukan perbuatan tercela.
"Bila ada sesuatu terjadi di kampung akibat kedatangan atau serangan harimau, berarti itu mengingatkan kita agar tidak takabur," imbuh Ilyas.
Ilyas menyebut Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau sudah datang ke lokasi usai penyerangan pada Sabtu dini hari, 13 Juni 2020. Sosialisasi sudah dilakukan agar masyarakat tidak memasang jerat.
"Baik untuk harimau ataupun memburu mangsa harimau," sebut Ilyas.
Lembaran poster juga dibagikan kepada masyarakat agar paham mengenai keberadaan harimau di alam liar. Masyarakat juga diminta menghubungi petugas kalau ada kemunculan lagi.
Sementara itu, Kepala BBKSDA Riau Suharyono belum bisa memastikan berapa ekor harimau yang menyerang ternak warga. Dia menyebut timnya memasang kamera pengintai di beberapa titik.
"Ini untuk mengetahui jumlah harimau, pemasangan kamera di lokasi yang dilintasi," kata Suharyono.